KOMPAS.com - Keberadaan bangunan-bangunan dari masa kolonial ini kerap menjadi landmark atau tengara suatu daerah. Masyarakat pun membanggakannya karena memiliki bentuk dan arsitektur indah.
Keberadaan bangunan ini tak lepas dari tangan arsitek zaman Kolonial, yang turut menyumbang keragaman gaya arsitektur di Indonesia.
Salah satunya adalah C.P. Wolff Schoemaker, yang merupakan arsitek kenamaan Belanda dan banyak berkarya di Indonesia. Hasil karyanya pun masih tetap lestari hingga kini.
Harian Kompas, 20 Agustus 1993 menyebutkan, kekuatan hasil karya Schoemaker terletak pada kemampuannya dalam menyesuaikan bangunan Belanda dengan kondisi iklim tropis Nusantara.
Baca juga: Dua Aliran dalam Arsitektur Candi Jawa Timur
Schoemaker juga merupakan arsitek yang memiliki ciri khas bentuk simetris dalam setiap rancangannya.
Di Indonesia, terdapat sekitar 68 gedung hasil rancangan Schoemaker. Sebagian besar gedung-gedung ini berada di Bandung.
Selain Bandung, arsitek yang juga pernah menjabat sebagai guru besar arsitektur di Technische Hoogeschool Bandung (sekarang Institut Teknologi Bandung) itu, juga merancang beberapa bangunan di Semarang, Jakarta, dan Surabaya.
Umumnya bangunan-bangunan tersebut menjadi landmark dan gedung bersejarah, seperti:
Villa Isola
Berada di antara Lembang dan Bandung tempat ini dibangun untuk kediaman pribadi seorang Indo-Eropa, Dominic Willem Berretty.
Namun setelah kematian Berretty, bangunan ini beralih fungsi menjadi hotel.
Kini Villa Isola merupakan bagian dari Universitas Pendidikan Indonesia dan digunakan sebagai kantor rektorat.
Bentuknya yang tidak lazim membuat bangunan bergaya art deco ini menjadi salah satu landmark Kota Bandung.
Villa Isola bahkan memiliki atap mendatar yang menabrak kebiasaan bentuk atap kerucut di bangunan.