Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tembaga dan Kuningan, Bahan Baku Utama Patung GWK

Kompas.com - 09/08/2018, 20:30 WIB
Rosiana Haryanti,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

Bahan patung diproses dengan menggunakan cairan asam yang akhirnya membentuk warna tembaga menjadi mirip seperti warna batu atau candi.

Proses ini dilakukan di Bali bukannya di Bandung. Ini karena tanah di wilayah tersebut merupakan tanah kapur sehingga mampu menetralisir bahan kimia yang digunakan serta tidak mencemari lingkungan.

Umumnya jika proses patina dilakukan secara alami di luar ruangan, maka membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menghasilkan warna hijau, yakni sekitar 10 hingga 15 tahun.

Nuarta menambahkan, meski proses kimianya sama namun jika cuaca berbeda maka akan menghasikan warna yang berbeda pula.

Hal itu malah menambah nilai plus dari warna tersebut, dibanding dengan menggunakan cat. Tidak seperti cat, warna dari patina malah memberikan keunikan tersendiri.

“Banyak kandungan asam dari polusi air laut dan sebagainya, tapi itu kalau berbenturan dengan tembaga, akhirnya dia akan membentuk warna kehijau-hjauan,” kata Nuarta.

Teknologi

Teknologi yang digunakan dalam pembuatan patung ini menggunakan teknik pembesaran skala dan pola segmentasi.

Teknik telah mendapatkan paten dan diterapkan dalam pembangunan patung. Teknologi ini sudah dipatenkan pada tahun 1993.

Teknik ini lebih menguntungkan, karena dia dapat memperhitungkan efisiensi bahan serta biaya. Dengan teknik ini, Nuarta membuat modul secara melintang dan dipasang layaknya puzzle.

Patung GWK sendiri terdiri dari 23 yang ditumpuk. Setiap segmen melingkar memiliki ketinggian 3 meter. Dalam satu segmen terdiri dari 754 modul berukuran 3 x 4 meter.

Modul ini dapat berupa ukiran dengan berbagai bentuk. Dalam tiap-tiap modul, dibangun dari 1.500 keping.

Sebelum membangun patung, Nuarta membuat model miniatur tiga dimensional yang mencakup setiap detail patung.

Dengan teknik pembesaran skala ini, dia mampu mengubah miniatur patung berukuran 3 meter menjadi patung besar dengan tinggi 75 meter. Dengan cara ini, Nuarta mengatakan GWK mampu bertahn hingga 100 tahun.

Agar bentuk patung dapat dinikmati secara keseluruhan, Nuarta menyarankan pengunjung untuk melihat dari jarak 300 meter.

“Kurang lebih jarak 300 meter, baru bisa menikmati bentuk patungnya,” tuntas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau