Namun, menurut dia, dalam tiga tahun terakhir justru pertumbuhan ekonomi nasional terkesan stagnan.
"Kalau lihat pembangunan infrastruktr di daerah yang banyak dibangun, infrastruktur itu stagnan juga. Betul untuk rakyat, tetapi manfaat dari pada yang dibangun itu memberikan dampak ekonomi atau tidak," sambungnya.
Ia menilai, masifnya pembangunan infrastruktur lebih banyak bermanfaat bagi Joko Widodo bila ingin mencalonkan diri kembali sebagai presiden pada Pilpres 2019 mendatang.
Hal itu terlihat dari target penyelesaian pembangunan infrastruktur yang didorong untuk selesai pada medio 2018-2019.
"Pembangunan infrastruktur ini untuk siapa, ya untuk pencitraan," kata dia.
Pengusaha jangan cengeng
Sebaliknya, mantan Menteri Koordinator bidang Kemaritiman Rizal Ramli justru mengakui, pemerintahan saat ini all out mengerjakan pembangunan infrastruktur.
Hal itu tidak terlepas dari adanya ketimpangan pembangunan yang cukup besar, terutama antara wilayah Pulau Jawa dan luar Pulau Jawa, khususnya kawasan Indonesia timur.
Hanya, Rizal menyebut, manfaat dari pembangunan infrastruktur di luar Pulau Jawa, tidak bisa langsung dirasakan oleh masyarakat. Hal itu disebabkan, hanya segelintir masyarakat yang bisa langsung memanfaatkannya.
Berbeda dengan Pulau Jawa yang pembangunan infrastrukturnya langsung bisa dirasakan masyarakat. Masyarakat di luar Pulau Jawa memerlukan jangka waktu menengah hingga panjang untuk merasakan langsung manfaat pembangunan itu.
"Membangun di luar Jawa itu supaya lebih berimbang infrastrukturnya, (dan itu) patut kita puji. Karena koreksi yang harusnya dilakukan dulu-dulu, tidak pernah dilakukan," imbuh Rizal.
"Karena kalau mereka mulai dari pekerjaan pemerintah, pembayarannya pasti jadi. Saya mohon maaf, kalau (pekerjaan) dari swasta, termasuk swasta besar, paling baru tiga tahun kemudian dibayar (setelah jadi)," beber Rizal.
Baca juga: Bukan Infrastruktur, Menurut Rizal Prioritas Pemerintah Bayar Utang
Rizal mengaku, walaupun terlambat namun pemerintah masih memiliki kesempatan untuk memberikan peluang bagi pengusaha muda atau kontraktor menengah dan kecil untuk menggarap proyek strategis nasional.
"Nah, pengusaha jangan cengeng. Saya biasa gunakan istilah bumi putera (untuk pengusaha). Bumi putera harus jadi pengusaha yang tangguh. Jangan pinjaman dijadikan pendapatan. Nggak maju-maju kalau pengusaha bumi putera kalau gitu," tutup dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.