JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) selama ini gencar berbicara mengenai percepatan pembangunan infrastruktur yang dilakukan pemerintah di sejumlah wilayah di Tanah Air. Baik dalam forum nasional, maupun internasional.
Tak heran bila pemerintah saat ini dianggap memiliki perhatian besar terhadap sektor ini, lantaran kondisinya yang memang memprihatinkan terutama di luar Pulau Jawa.
Namun, menurut mantan Menteri Koordinator bidang Kemaritiman Rizal Ramli, sebenarnya bukan infrastruktur yang menjadi perhatian utama pemerintah. Meskipun ia memuji perhatian Presiden terhadap sektor ini maksimal.
Baca juga: Rizal Ramli Akui Presiden Jokowi All Out Bangun Infrastruktur
"Prioritas pemerintah (yang) tidak diumumkan, nomor satu bayar pokok dan bunga utang, nomor dua pendidikan, nomor tiga baru infrastruktur," kata Rizal dalam sebuah diskusi di Jakarta, Jumat (11/5/2018).
Anggaran tersebut merupakan gabungan anggaran pembangunan infrastruktur di seluruh kementerian yang melaksanakan pembangunan infrastruktur.
Sementara, untuk membayar cicilan utang dan bunga, pemerintah mengalokasikan anggaran mencapai Rp 650 triliun dari APBN 2017.
"Sayangnya dalam soal utang ini hanya bayar-bayar, jadi good boy, good girl, dipuji sama asing. Tetapi tidak mampu melakukan kreasi dan inovasi debt management," tegas Rizal.
Ketika masih menjabat sebagai Menteri Koordinator bidang Perekonomian pada era Presiden Abdurrahman Wahid alias Gus Dur, ia mengaku, mengambil sejumlah langkah untuk mengatasi utang Indonesia saat itu.
Baca juga: Ketua Komisi V DPR Anggap Pembangunan Infrastruktur Hanya Pencitraan
Pertama, Rizal melakukan tukar utang dengan Jerman. Selama ini, Jerman dikenal memiliki perhatian besar terhadap persoalan lingkungan. Namun saat itu, terjadi perusakan alam besar-besaran di Tanah Air.
"Jerman setuju untuk memotong utang Indonesia ratusan juta dollar AS. Nanti tahun 2019, kita akan melakukan hal yang sama dengan Eropa, dan Kanada. Saya yakin kita bisa mendapat pemotongan utang minimum 10 miliar dollar AS," kata dia.
Cara kedua, yaitu dengan menukar utang bunga mahal dan utang bunga murah dengan Kuwait. Saat itu, ia pernah bertemu dengan Menteri Keuangan Kuwait yang mengeluh soal utang Indonesia yang tak kunjung dibayar.
Menteri tersebut kemudian dikiritik oleh parlemen Kuwait. Akhirnya, ia meminta kepada Rizal agar Indonesia membayar sebagian utangnya ke Kuwait, untuk kemudian ditawarkan kembali pinjaman dengan bunga yang lebih murah.
"Kami kerjakan, saya dapat hadiah. Karena saya sekolah di ITB di Bandung, dan saat itu Bandung itu macet, saya minta dibangunlah fly over Pasupati. Dibangunin dan itu gratis," tutup dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.