JAKARTA, KOMPAS.com — Ada fenomena menarik yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir seiring melambatnya sektor properti dan juga daya beli pasar.
Fenomena apa itu? Berlomba-lombanyak para raksasa properti menawarkan hunian ramah kantong. Bahkan, beberapa di antaranya "merayu" konsumen dengan skema pembayaran yang menggiurkan.
Baca juga: Siapa Raja Properti Tanah Air?
Skema pembayaran itu, entah tanpa uang muka atau down payment (DP), entah juga cicilan tanpa bunga selama periode tertentu. Yang jelas, penawaran-penawaran tersebut tak bikin kocek konsumen mendadak cekak.
Ciputra Group, misalnya. Naga bisnis yang kini dikendalikan Candra Ciputra ini membesut Citra Maja Raya dengan harga jual kurang dari Rp 200 juta.
Kemudian Sinarmas Land yang juga beberapa kali melansir produk-produk apartemen seharga di bawah Rp 1 miliar di BSD City, Serpong, Tangerang Selatan.
Apa motivasi mereka merilis proyek-proyek murah ini?
Tak lain dan tak bukan adalah menjaga bisnis dan industri properti tetap bergerak. Sebagai lokomotif perekonomian nasional, bisnis properti tidak boleh tiarap. Harus berjalan dengan inisiasi-inisiasi yang dapat menstimulasi kebangkitan pasar properti.
Sebagaimana dikatakan Chairman Lippo Group James Riady, para pemain besar properti tak bisa tinggal diam, harus bergerak membangkitkan sektor properti dari keterpurukan.
"Sekarang saatnyalah kita memulai. Dan properti untuk kelas masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) adalah stimulan paling efektif untuk menggairahkan sektor properti. Sebab, kebutuhan mereka masih tinggi, ada backlog jutaan unit," tutur James, November 2017 lalu.
Baca juga: James Riady: Meikarta Harusnya Dijual Rp 18 Juta Per Meter Persegi
CEO Leads Property Indonesia Hendra Hartono mengamini pernyataan James. Menurut dia, properti yang diperuntukkan bagi kalangan menengah bawah adalah paling potensial terserap pasar.
"Selain itu, ada kalangan muda atau profesional muda yang tadinya indekos atau sewa hunian, sudah bisa membeli apartemen atau rumah. Mereka sanggup membayar DP dan mencicil angsuran," tutur Hendra kepada Kompas.com, Kamis (1/3/2018).
Ada pun properti yang mereka incar, lanjut Hendra, maksimal sehraga Rp 750 juta. Properti seharga inilah yang paling dibidik atau laku di pasaran untuk tahun ini dan tahun-tahun mendatang.
Terbukti memang, rentang harga properti demikian mendapat antusiasme positif. Contohnya Apartemen Prajawangsa City di Cijantung, Jakarta Timur. Dari total tiga menara perdana sekitar 2.400 unit, hanya tersisa 22 persen.