Sebut misalnya, Uniqlo. Peritel asal Jepang itu memiliki gerai yang tersebar pada pusat belanja kelas A maupun lebih rendah di Singapura. Bahkan, Uniqlo juga telah memiliki gerai di dalam Bandara Changi.
Amos Tan, pakar ritel dan pemasaran dari Singapore Polytechnic, mengatakan, GAP dan Banana Republic kurang memiliki keunggulan kompetitif dibanding kompetitornya. Hal itu membuat GAP dan Banana Republic keok dari peritel lainnya di Singapura.
Menurut Amos, konsumen kesulitan menemukan faktor pembeda dari produk GAP dan Banana Republic.
"GAP dan Banana Republic kurang memiliki identitas yang jelas. Tidak ada keunikan dalam produk mereka, baik dari segi desain maupun harga," ungkap Amos, seperti dilansir Straits Times, Jumat (16/2/2018).
Berkaca dari tersisihnya GAP dan Banana Republic, lanjut Amos, sudah selayaknya peritel lain mulai berbenah. Itu krusial jika bisnis tidak ingin tergulung tsunami ritel.
Menjelang gulung tikar, kini gerai GAP dan Banana Republic mulai mengobral barang-barangnya. Diskon besar-besaran digelar untuk menghabiskan stok barang tersisa.
Publik Singapura pun bersiap mengucapkan sayonara kepada GAP dan Banana Republic...
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.