Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Bisnis H&M Luluh Lantak?

Kompas.com - 23/12/2017, 18:46 WIB
Haris Prahara

Penulis

Sumber Bloomberg

Pada 15-19 Desember, ia membeli sekitar 1,2 persen dari total saham H&M. Angkanya mencapai 3,42 miliar kronor Swedia (sekitar 407 juta dollar AS).

Saham yang dipegang keluarganya pun kini mencapai 41,7 persen.

Melihat ke masa lalu, H&M berdiri pada 1947 dan meledak ke kancah global pada 1990-an.

H&M perlahan menjadi barometer mode dunia. Melalui kerja sama dengan desainer, selebriti, dan model papan atas, H&M dengan mudah meraih simpati masyarakat global.

Posisi terhormat sebagai peritel pakaian nomor 1 di dunia mampu diraih H&M, sekitar tahun 2012 silam.

Namun, setelah itu, dominasi H&M mulai goyah dengan pesatnya bisnis Zara. Strategi Zara dengan memproduksi pakaian di Eropa membuatnya mampu menyajikan produk lebih cepat daripada H&M, yang mayoritas produksi dilakukan di Asia.

Di sisi lain, dominasi H&M di Eropa juga digerus oleh hadirnya toko ritel seperti Primark.

Peritel asal Irlandia itu mampu menjual produknya hingga sepertiga kali lebih murah dibandingkan H&M.

Kepala Manajer Investasi Didner and Gerge Fonder AB, Henrik Didner, mengatakan, inilah momentum tepat keluarga Persson untuk mengoper kendali perusahannya.

"Manajemen baru mungkin diperlukan, yang tidak terbebani oleh keputusan lama,” cetus Didner.

Ubah strategi

Menyadari bisnisnya mulai temaram, H&M bergerak cepat melakukan perubahan. Kini, H&M menambahkan fasilitas seperti kafe.

Menata ulang jajaran produk agar lebih mutakhir turut dilaksanakan. Itu artinya percepatan arus distribusi barang mesti digenjot.

"Kami melakukannya dengan teknologi, menghubungkan para perancang di Stockholm dengan pemasok di Asia, mengurangi lead time," kata Kepala Hubungan Investor H&M Nils Vinge.

Selain mempercepat distribusi produk, perbaikan situs belanja daring juga ditempuh H&M.

Untuk meningkatkan penjualan daring, terutama di China, H&M telah menggandeng situs milik Alibaba Group yakni Tmall.

Baca juga: Terancam Karam, H&M Berburu Sekoci hingga ke Negeri China

Meskipun penjualan di toko fisik masih mendominasi sekitar 90 persen pendapatan H&M, tetapi upaya menjamah dunia digital diyakini mampu menggairahkan bisnis H&M ke depannya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com