Angka tersebut masih lebih rendah dibandingkan dengan negara lain. Hongkong misalnya, yang mana warganya melangkah 6.880 per hari.
Harapan
Survei Litbang Kompas pada 5-6 Agustus lalu menunjukkan, masih ada tantangan yang dihadapi pemerintah provinsi DKI Jakarta dalam menata jalur pejalan kaki.
Dalam survei tersebut, sebanyak 49,2 persen responden menganggap seringnya okupasi oleh pedang kaki lima (PKL) menjadi hal yang paling membuat trotoar Jakarta kurang nyaman.
Sementara itu, sebesar 31,7 responden mengeluhkan sepeda motor yang acap kali melintas di trotoar dan 12,5 persen menganggap permukaan yang tidak rata, tidak bersih, serta sempit sebagai faktor penyebab belum baiknya trotoar Ibu Kota.
Survei oleh Litbang Kompas tersebut dilakukan secara acak terhadap 439 responden berusia minimal 17 tahun dan berdomisili di Jabodetabek. Tingkat kepercayaan sebesar 95 persen dengan nirpencuplikan penelitian 4,7 persen.
Secara terpisah, Koordinator Koalisi Pejalan Kaki Alfred Sitorus berharap, trotoar yang memanjakan warga Ibu Kota selayaknya terwujud.
Itu penting mengingat Jakarta merupakan ibu kota negara.
"Kota Jakarta adalah etalase mini Indonesia. Karena itu, trotoar semestinya bukan hanya ramah pejalan kaki, tetapi ramah semua. Artinya, lansia, ibu hamil, kaum disabilitas, juga dapat melintas dengan nyaman di trotoar," ujarnya kepada KompasProperti, Jumat (10/11/2017).
Menurut Alfred, aspek yang tak kalah penting dari trotoar ramah adalah memiliki aksesibiltas baik.
"Ketika ada trotoar lebar, tetapi ada tiang di tengahnya dan menghalangi kaum disabilitas maka yang namanya trotoar ramah itu bisa dicoret (tak berlaku)," tuntasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.