KompasProperti- Dewasa ini, derasnya arus urbanisasi tengah dihadapi negara-negara di dunia. Menurut Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), sebesar 54 persen penduduk dunia tinggal di perkotaan pada 2014 lalu. Persentase tersebut diprediksi meningkat hingga 66 persen pada 2050 mendatang.
Kondisi di atas tentunya menimbulkan sejumlah tantangan perkotaan. Kemacetan lalu lintas, misalnya. Jika pertumbuhan penduduk tak diikuti transportasi publik memadai, dampaknya adalah ledakan jumlah kendaraan pribadi. Kemacetan pun tak terelakkan.
Berkaca pada fenomena tersebut, kota-kota modern dunia mulai berbenah menuju kota ramah pejalan kaki (walkable city).
Mengutip laman New Urbanism, hadirnya jalur khusus pejalan kaki didukung lingkungan yang baik, misalnya dekorasi jalan, bangku, maupun toko-toko, dapat membuat warga merasakan kualitas maksimal kehidupan.
Secara ringkas, pejalan kaki sudah semestinya berada di tempat terhormat di sebuah kota. Mereka memiliki hak yang sama sebagai penduduk, tak beda dengan pesepeda, penumpang bus, maupun pengemudi mobil.
Dalam mewujudkan kesetaraan bagi pejalan kaki tersebut, kota modern dunia melaksanakan berbagai cara. Ambil contoh, kota Seoul di Korea Selatan.
Baca juga : Seoullo 7017, Model Jalur Pedestrian Humanis Masa Kini
Pada Mei lalu, pemerintah setempat telah meresmikan sebuah ruang pejalan kaki bernama Seoullo 7017. Memiliki panjang 1.024 meter, jalan layang itu kini menjadi “surga” bagi warga Seoul untuk mencari udara segar.
Dulunya, Seoullo 7017 merupakan jalan layang kendaraan untuk kurun waktu 45 tahun. Kawasan itu lama terisolasi seperti sebuah pulau, dikelilingi jalan untuk mobil.
Seoullo 7017 kini berperan menghubungkan tempat-tempat wisata terdekat seperti Gerbang Sungnyemun, Myeong-dong, dan Pasar Namdaemun.
Sedikitnya 40.000 orang menyusuri jalan itu setiap harinya. Kedekatan lokasi Seoullo 7017 dengan stasiun Seoul menjadi keuntungan tersendiri, yang mana diperkirakan terdapat pergerakan 390.000 komuter di sekitar area itu.
Rombak peta
Lain Seoul, lain pula Singapura. Negara tetangga Indonesia ini berupaya memanjakan pejalan kaki dengan cara tersendiri. Merombak peta mass rapid transit (MRT) jadi jurus andalan.
Dikenal sebagai negara dengan sistem transportasi massal mumpuni, Singapura juga memedulikan akses menuju transportasi tersebut.
Seperti dilansir Straits Times, Selasa (12/9/2017), perombakan peta bertujuan memudahkan warga dalam memilih rute tercepat ke suatu destinasi.