The New York Times, misalnya. Pada Agustus lalu, laman tersebut menyoroti keengganan warga Jakarta berjalan kaki akibat infrastruktur tidak memadai.
Mulai dari trotoar yang buruk, entah tidak rata atau retak-retak. Selain itu, hilangnya penutup selokan, kabel-kabel berhamburan, serta agresifnya pengendara motor turut menggerus keengganan warga Jakarta berjalan kaki.
Baca juga: Benarkah Warga Jakarta Malas Jalan Kaki?
Jika begitu, maka sudah selayaknya Jakarta sebagai kota metropolitan dapat berbenah diri.
Bukan lagi soal apakah pejalan kaki membuat macet atau tidak, tetapi lebih dari itu yakni menyemai keberpihakan yang sama bagi segenap warga. Dengan memperbaiki fasilitas pejalan kaki, misalnya.
Hal tersebut krusial untuk mengejar langkah cepat negara lain dalam memuliakan pejalan kaki. Jika terlambat, bukan tak mungkin Jakarta hanya menjadi penonton di tengah silaunya pesona kota modern dunia…
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.