Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nama IA ITB Disebut, Tim Panel Ahli Reklamasi Jakarta Angkat Bicara

Kompas.com - 21/10/2017, 16:12 WIB
Dani Prabowo

Penulis

JAKARTA, KompasProperti - Polemik reklamasi di kawasan Teluk Jakarta kembali mencuat, setelah Menteri Koordinator bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan mencabut moratorium.

Nama Ikatan Alumni Institut Teknologi Bandung (IA ITB) disebut-sebut berada di balik pemberian lampu hijau itu.

Ketua Umum Ikatan Ahli Perencana (IAP) yang juga sekaligus Ketua Tim Panel Ahli Independen IA ITB, Bernardus Djonoputro angkat bicara soal pembentukan Tim Panel Ahli Independen IA ITB.

Tim tersebut sebelumnya telah bekerja dalam rentang waktu Juli-Oktober 2016 untuk memberikan masukan kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) terkait polemik reklamasi Teluk Jakarta.

Hasil kerja tim yang terdiri atas para ahli di bidangnya masing-masing itu, menurut Bernardus, telah dipaparkan di kantor pusat IA ITB pada 16 Oktober 2016.

"Dalam kegiatan ini masing-masing anggota tim bekerja secara pro-bono (tidak dibayar) sesuai keahlian, dan pendapat masing-masing adalah independen tanpa afiliasi kepada organisasi apa pun, dan tanpa pembiayaan dari organisasi mana pun," kata pria yang akrab disapa Bernie dalam pesan singkat kepada KompasProperti, Sabtu (21/10/2017).

Tim itu terdiri atas sejumlah ahli dari bidang oceanografi, perkotaan, reilient and climate change, pesisir dan kelautan, ahli aturan dan perundang-undangan tata ruang. Selain itu, juga terdapat ahli geologi, geodesi dan remote sensing, serta pemetaan.

Dalam berkas paparan yang disampaikan kepada KompasProperti, ada beberapa hal yang menjadi poin di dalam rapat tim.

Pertama, reklamasi bukan merupakan solusi atas fenomena land subsidence yang mayoritas terjadi di utara Jakarta dan tidak homogen. Selain itu, tidak ada bukti yang menyatakan bahwa pengambilan air tanah merupakan penyebab utama dari land subsidence.

"Faktor penyebab (terjadinya) land subsidence (yaitu) jenis lapisan tanah, beban konstruksi Jakarta dan konsumsi air tanah," demikian bunyi laporan tersebut.

Di samping itu, tren peningkatan muka air laut dinilai sangat kecil bila dibandingkan tren land subsidence.

Halaman Berikutnya
Halaman:


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau