Tentu saja investasi lebih dari Rp 2 triliun ini bukan angka yang sedikit. Namun, mereka memastikan, dana tersebut merupakan ekuitas perusahaan, bukan uang konsumen, apalagi pinjaman perbankan.
"Dari total 150 juta dollar AS itu, seluruhnya uang perusahaan yang berasal dari induk Wuzhou Investment Group," jelas Wu.
Mengapa mereka rela jor-joran memborong lahan dengan pembayaran secara kontan?
Pengamat properti yang juga CEO Leads Property Indonesia Hendra Hartono membaca fenomena ini sebagai cara transaksi paling aman. Pasalnya, kebijakan pemerintah China melarang investor dan pengembang "melarikan" dana ke luar China.
"Transaksi tunai adalah cara paling aman," kata Hendra kepada KompasProperti, Sabtu (16/9/2017).
Selain itu, pasar properti Indonesia juga perlu dana segar yang cukup besar untuk menjaga dinamika.
Tentunya pembayaran lahan secara tunai akan membuat pasar lebih kompetitif, dan aman buat investor, dan pembeli properti yang akan mereka kembangkan nanti.
Terkait asal dana, menurut Hendra, seluruhnya datang dari holding mereka di China. Induk usaha inilah yang mengalokasikan dana untuk investasi di luar negeri dengan bunga rendah.
"Bunganya ini jauh lebih rendah ketimbang harus meminjam dari bank di Indonesia dengan bunga tinggi," tambah Hendra.
Ma Rui Zhui membenarkan. Menurut dia, dana investasi Datzo Investama Group, diinjeksi dari induk usaha yakni Dongya Xinhua Real Estate Group.
Sementara dana investasi PT Sindeli Propertindo Abadi berasal dari induk usaha yang memiliki bisnis inti atau core business di sektor kesehatan, yakni Wuzhou Investment Group.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.