TANGERANG, KompasProperti - Di tengah pasar properti Indonesia yang masih lesu, para pengembang China, baik yang berbasis di Hongkong, Beijing, maupun Shanghai berlomba "menyerbu" pasar properti Indonesia.
Dalam catatan KompasProperti, setidaknya ada 8 pengembang dari Negeri Tirai Bambu ini yang mengadu peruntungan dan telah merealisasikan investasinya.
Mereka adalah Hongkong Land, China Sonangol Land, Kingland Group, CCCG, Shenzen Yantian Port Group Co Ltd, Country Garden Holdings Co Ltd, Wuzhou Investment Group, dan Datzo Investama Group.
Menariknya, hampir seluruh pengembang itu membeli lahan untuk mendukung usaha pengembangan bisnis propertinya secara kontan.
Sebut saja, Datzo Investama Group, pengembang yang kantor pusatnya di Hongkong ini, mengakuisisi lahan seluas 1,5 hektar di kawasan Alam Sutera, Tangerang, Banten.
Baca: Pengembang China Minta Maaf, Mengembalikan Uang NUP dan Urus Perizinan
Tak tanggung-tanggung, nilainya mendekati angka Rp 600 miliar. Ini berarti, lahan yang berada di kawasan utama atau jalur bulevar tersebut dipatok seharga Rp 40 juta per meter persegi.
"Kami membeli lahan secara tunai. Setelah perizinan selesai, kami akan memulai pembangunan pada awal 2018. Saat ini perizinan baru tahap rekomendasi Tim Ahli Bangunan Gedung (TABG)," papar Ma menjawab KompasProperti, Jumat (15/7/2017).
Pembelian lahan secara tunai dan juga konstruksi yang dilakukan setelah izin dikantongi ini, kata Ma Rui, sebagai upaya untuk meyakinkan pasar (konsumen), dan membuktikan iktikad baik perusahaan.
Demikian halnya dengan PT Sindeli Propertindo Abadi yang mengembangkan apartemen Jakarta Living Star di kawasan Lapangan Tembak, Cibubur, Jakarta Timur.
PT Sindeli Propertindo Abadi membenamkan sekitar 150 juta dollar AS atau ekuivalen dengan Rp 2,002 triliun, di Indonesia.
Baca: Lagi, Perusahaan China Investasi Triliunan Rupiah di Jakarta
Fulus sebesar itu, mereka alokasikan untuk membeli lahan secara tunai keras (hard cash) sebagai tahap awal, sebelum kemudian membangun 3.700 unit dalam 6 menara apartemen lengkap dengan mal, dan hotel di atas lahan seluas 4,8 hektar.
CEO PT Sindeli Propertindo Abadi Wu Wei menekankan pembelian lahan yang langsung dilunasi tersebut untuk menepis keraguan, anggapan buruk pasar, sekaligus membuktikan keseriusan mereka.
Tentu saja investasi lebih dari Rp 2 triliun ini bukan angka yang sedikit. Namun, mereka memastikan, dana tersebut merupakan ekuitas perusahaan, bukan uang konsumen, apalagi pinjaman perbankan.
"Dari total 150 juta dollar AS itu, seluruhnya uang perusahaan yang berasal dari induk Wuzhou Investment Group," jelas Wu.
Mengapa mereka rela jor-joran memborong lahan dengan pembayaran secara kontan?
"Transaksi tunai adalah cara paling aman," kata Hendra kepada KompasProperti, Sabtu (16/9/2017).
Selain itu, pasar properti Indonesia juga perlu dana segar yang cukup besar untuk menjaga dinamika.
Tentunya pembayaran lahan secara tunai akan membuat pasar lebih kompetitif, dan aman buat investor, dan pembeli properti yang akan mereka kembangkan nanti.
Terkait asal dana, menurut Hendra, seluruhnya datang dari holding mereka di China. Induk usaha inilah yang mengalokasikan dana untuk investasi di luar negeri dengan bunga rendah.
"Bunganya ini jauh lebih rendah ketimbang harus meminjam dari bank di Indonesia dengan bunga tinggi," tambah Hendra.
Ma Rui Zhui membenarkan. Menurut dia, dana investasi Datzo Investama Group, diinjeksi dari induk usaha yakni Dongya Xinhua Real Estate Group.
Sementara dana investasi PT Sindeli Propertindo Abadi berasal dari induk usaha yang memiliki bisnis inti atau core business di sektor kesehatan, yakni Wuzhou Investment Group.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.