Ketika barang dipesan, ia menambahkan, biasanya pedagang akan menghubungi pembeli untuk menawarkan barang lain dengan kualitas yang lebih baik dengan harga lebih tinggi. Bila pembeli bersedia, maka barang akan dikirimkan.
Namun, bila tidak bersedia, maka pilihannya dua, tetap dikirimkan barang sesuai pesanan dengan kualitas yang kurang baik, atau pesanan dibiarkan hingga kadaluarsa karena barang tidak ada.
Sepi
Ahon mengaku, kehadiran online shop dan pusat perbelanjaan yang menawarkan konsep lifestyle, berdampak besar pada sepinya pengunjung ke Pasar Glodok.
"Anak saya saja kalau belanja suka ke Taman Anggrek, karena bisa sekalian cuci mata," kata dia.
Hal senada juga dikatakan Asisten Manager Pasar Glodok PD Pasar Jaya, Aswan. Itu disebabkan kemudahan cara membayar yang bisa didapatkan pembeli bila berbelanja secara online atau di pusat perbelanjaan modern.
"Kalau di sini kan orang harus bayar tunai. Tapi kalau di Giant, Hypermart, Electronic Solution, orang kan bisa nyicil," ujarnya.
Selain itu, jumlah pusat perbelanjaan di sekitar Jakarta pun tumbuh lebih banyak. Bila dulu Glodok merajai penjualan elektronik, sehingga masyarakat dari berbagai pelosok mana pun mendatanginya, kini sudah tidak lagi.
"Kalau belanja ke Electronic Solution, kita lihat TV harga Rp 2 juta, bisa dicicil dengan bunga 0 persen, flat setahun. Jatuh-jatuh itung-itung paling (cicilan) Rp 200.000 sebulan," ujarnya.
Kendati sepi pembeli, sebagian besar pedagang di Pasar Glodok memilih tetap berjualan. Lantaran, usaha mereka sebenarnya tak hanya di sini.
"Mereka punya usaha juga di luar daerah. Kalau di luar daerahnya bagus, mereka terus lakukan permintaan barang," ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.