JAKARTA, KompasProperti - Prediksi sebagian pengembang bahwa tahun ini bakal menjadi tahun kebangkitan sektor properti tidak sepenuhnya tepat.
Kendati pemerintah telah memberikan stimulus untuk mendorong pertumbuhan, namun hal itu tidak berjalan mulus.
Saat ajang South East Asia Property Awards 2016 digelar di Singapura pada 23-24 November 2016 lalu, Direktur PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) Herman Nagaria, secara tegas menyatakan hal tersebut.
"Sekaranglah saat terbaik untuk membeli, dan berinvestasi properti," katanya saat itu.
Berbagai alasan diungkapkan, seperti harga yang terkoreksi jauh, bila dibandingkan tahun 2011-2013 yang melonjak mencapai 30-40 persen.
Kemudian, stimulus pemerintah melalui paket kebijakan ekonomi, mulai dari penurunan bunga kredit, relaksasi loan to value, potongan pajak penjualan, deregulasi perizinan, hingga amnesti pajak.
Paket-paket tersebut sengaja dikeluarkan untuk mendorong minat masyarakat berinvestasi di sektor properti.
Senior Associate Director Research Colliers International Indonesia Ferry Salanto menilai, bila pemerintah konsisten menerapkan kebijakan yang dibuatnya, bisa jadi sektor properti Indonesia dapat segera bangkit.
"Sekarang masih struggling, cuma kalau asumsi dari indikasi ekonomi, kemudian kebijakan dijalankan konsisten, bunga bank terjaga, itu namanya ada kesempatan properti itu bisa pulih," kata Ferry kepada KompasProperti, Kamis (13/7/2017).
Menurut dia, para pengembang sebenarnya telah menangkap sinyal perbaikan sektor properti sejak tahun lalu yang disikapi dengan meluncurkan produk properti baru.
Seperti di sektor apartemen. PT Tokyu Land Indonesia sudah mulai memperkenalkan produk mereka, BRANZ Simatupang, kepada publik. Dari dua menara dengan 381 unit yang ditawarkan, satu diantaranya telah terjual habis.
Sementara itu, pada kuartal kedua tahun ini ada dua produk apartemen baru yang hendak diperkenalkan yaitu Prosperity Residence (The Lotus) di Jakarta Barat dan The Stature Jakarta di Jakarta Pusat.
Sayangnya, pertumbuhan penjualan properti tak sepenuhnya berjalan seperti harapan. Colliers mencatat, kenaikan take up rate pada kuartal kedua 2017 hanya 84,86 persen.
Artinya, terjadi penurunan 1,04 persen bila dibandingkan dengan kuartal pertama tahun ini yaitu 85,91 persen atau turun 1,05 persen bila dibandingkan kuartal yang sama tahun 2016 yaitu 85,90 persen.
Kendati terjadi penurunan, namun pengembang enggan menurunkan harga produk yang mereka jual untuk menggaet minat masyarakat untuk membeli.