Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pilih "Jakarta Great Sale" atau "Singapore Great Sale"?

Kompas.com - 07/06/2016, 22:33 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

JAKARTA, KOMPAs.com — Singapura dengan sabuk belanja (shopping belt) Orchard Road-nya sekarang tak lagi dianggap sebagai surga belanja bagi masyarakat Indonesia atau turis asing lainnya, seperti dari China, Vietnam, ataupun Malaysia. 

Baca: Sepi Pengunjung, Orchard Road Bukan Lagi Surga Belanja 

Apa yang ada di negeri singa itu sudah tersedia di pusat-pusat belanja Indonesia. Mulai dari produk-produk paling mewah dengan merek mentereng, seperti Cartier, Louis Vuitton, Hermes, dan Prada, hingga street wear macam H&M, Uniqlo, atau Banana Republic. 

Negara kota itu juga bukan lagi destinasi investasi properti yang menarik. Harga propertinya terus menurun sejak 2013 lalu hingga kuartal I-2016. 

Baca: Harga Properti Singapura Turun

Bahkan, orang Indonesia sebagai pembeli asing terbesar ketiga setelah China dan Malaysia mulai memalingkan atensinya ke Australia dan negara-negara lainnya. 

Perubahan preferensi ini mengakibatkan properti Singapura yang dibeli orang Indonesia anjlok 33,6 persen menjadi hanya 279 unit.

Angka tersebut, menurut riset DTZ Singapura, lebih rendah dari tahun 2008 yang mencatatkan pembelian 618 rumah.

Pembelian yang dilakukan oleh orang China pun merosot 3,8 persen menjadi 998 unit.

Menurut Associate Director Retail Service Colliers International Indonesia Steve Sudijanto, faktor eksternal menjadi salah satu penyebab perubahan preferensi serta daya tarik Singapura.

"Nilai tukar rupiah terhadap dollar Singapura yang lemah membuat orang Indonesia berpikir ulang untuk membelanjakan uangnya di sana," kata Steve kepada Kompas.com, Selasa (7/6/2016).

Selain itu, Indonesia dengan Jakarta-nya telah bertransformasi menjadi "kiblat" investasi dunia. Raksasa-raksasa properti macam Hongkong Land, AEON Group, Toyota Group, dan Crown Group telah lama memosisikan Indonesia dalam radar investasi mereka.

www.ciputraworldjakarta.com Hotel bintang lima berlian ini membutuhkan dana konstruksi senilai Rp 600 miliar. Dengan tarif kamar 425 dollar-7.500 dollar AS per malam, maka pengembalian investasi terjadi 12 tahun kemudian.
Belum lagi jaringan operator internasional macam Accors Group, Starwood Hotels and Resorts Group, Marriott International Incorporation, dan Fairmont Raffles Hotels International (FRHI), yang siap melakukan ekspansi dan menambah portofolionya di Jakarta dan Bali.

Baca: Jakarta Tambah Hotel Mewah Tahun Ini

Dampak terpuruknya sektor ritel Singapura, tentu saja positif buat Indonesia. Para pengelola mal bisa menggarap dan memperluas pasar yang selama ini berbelanja di sana secara bebas pajak atau tax free shopping (TFS).

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau