JAKARTA, KOMPAs.com — Singapura dengan sabuk belanja (shopping belt) Orchard Road-nya sekarang tak lagi dianggap sebagai surga belanja bagi masyarakat Indonesia atau turis asing lainnya, seperti dari China, Vietnam, ataupun Malaysia.
Baca: Sepi Pengunjung, Orchard Road Bukan Lagi Surga Belanja
Apa yang ada di negeri singa itu sudah tersedia di pusat-pusat belanja Indonesia. Mulai dari produk-produk paling mewah dengan merek mentereng, seperti Cartier, Louis Vuitton, Hermes, dan Prada, hingga street wear macam H&M, Uniqlo, atau Banana Republic.
Negara kota itu juga bukan lagi destinasi investasi properti yang menarik. Harga propertinya terus menurun sejak 2013 lalu hingga kuartal I-2016.
Baca: Harga Properti Singapura Turun
Bahkan, orang Indonesia sebagai pembeli asing terbesar ketiga setelah China dan Malaysia mulai memalingkan atensinya ke Australia dan negara-negara lainnya.
Perubahan preferensi ini mengakibatkan properti Singapura yang dibeli orang Indonesia anjlok 33,6 persen menjadi hanya 279 unit.
Angka tersebut, menurut riset DTZ Singapura, lebih rendah dari tahun 2008 yang mencatatkan pembelian 618 rumah.
Pembelian yang dilakukan oleh orang China pun merosot 3,8 persen menjadi 998 unit.
Menurut Associate Director Retail Service Colliers International Indonesia Steve Sudijanto, faktor eksternal menjadi salah satu penyebab perubahan preferensi serta daya tarik Singapura.
"Nilai tukar rupiah terhadap dollar Singapura yang lemah membuat orang Indonesia berpikir ulang untuk membelanjakan uangnya di sana," kata Steve kepada Kompas.com, Selasa (7/6/2016).
Selain itu, Indonesia dengan Jakarta-nya telah bertransformasi menjadi "kiblat" investasi dunia. Raksasa-raksasa properti macam Hongkong Land, AEON Group, Toyota Group, dan Crown Group telah lama memosisikan Indonesia dalam radar investasi mereka.
Baca: Jakarta Tambah Hotel Mewah Tahun Ini
Dampak terpuruknya sektor ritel Singapura, tentu saja positif buat Indonesia. Para pengelola mal bisa menggarap dan memperluas pasar yang selama ini berbelanja di sana secara bebas pajak atau tax free shopping (TFS).
Strateginya, kata Steve, tentu saja harus lebih kreatif dalam mendatangkan dan memadupadankan para peritel yang paling diminati masyarakat.
Selain itu, secara fisik, bangunan pusat belanja juga harus terus-menerus diperbarui (refurbishment) agar menarik minat kunjungan.
Contohnya saja, fasilitas parkir diperluas dan dipermudah arus lalu lintasnya, toilet bersih, ruang tunggu dan duduk yang nyaman, keamanan ditingkatkan, dan promosi-promosi yang menguntungkan baik untuk pembelanja maupun peritel.
Terlebih bagi para penerima TFS seperti Singapura. Berdasarkan laporan Global Blue, negeri yang kini dipimpin Lee Hsien Loong ini memang telah lama menjadi surga belanja bagi para shoppers Indonesia.
Sepanjang 2015 saja tercatat sebanyak 2,7 juta orang Indonesia yang berbelanja di sana.
Global Blue juga melaporkan, shoppers Indonesia merupakan terbesar kedua setelah China, dan secara historis dianggap penting oleh para peritel yang beroperasi di negeri singa tersebut.
"Karena shoppers Indonesia mewakili hampir seperlima dari jumlah transaksi global TFS," ujar Wakil Presiden Global Blue Asia Pasifik, Jan Moller, dalam laman resmi Global Blue.
Indonesia juga dianggap menjadi pendorong utama kinerja TFS Singapura dalam dua bulan pertama tahun 2016, Januari dan Februari, dengan rata-rata pertumbuhan 4 persen secara bulanan dan 3 persen secara tahunan (2015), meskipun terjadi sedikit penurunan pengeluaran dengan angka rerata 3 persen.
Kuatnya pasar domestik
Namun, hegemoni Singapura kini berbalik. Mereka yang sebelumnya digdaya mengeruk keuntungan dari turis asing mulai kelimpungan saat beberapa peritel hengkang dan menutup toko-tokonya di pusat-pusat perbelanjaan utama Orchard Road.
Reputasi Singapura sebagai surga belanja dengan investasi 7,25 miliar dollar Amerika Serikat (AS) atau lebih dari Rp 100 triliun dalam lima tahun terakhir mulai mengalami pukulan telak karena lemahnya ekonomi lokal dan turunnya minat belanja turis.
Di sisi lain, ruang komersial mengalami peningkatan sebesar 10 persen pada periode tersebut, tetapi tingkat kekosongan meningkat menjadi 7,3 persen dari sebelumnya 5 persen.
Oleh karena itu, tak mengherankan bila otoritas di sana menebar kampanye promosi "Singapore Great Sale" dengan diskon gede-gedean hingga 70 persen pada 10 Juni 2016 nanti.
Singapore Great Sale digelar sebagai salah satu cara untuk mengembalikan reputasi sekaligus menarik sebanyak mungkin turis asing, khususnya Indonesia, untuk berbelanja lagi di sana.
Sementara Indonesia dengan Jakarta sebagai acuan justru akan menjadi sentra bisnis sektor ritel terbesar di kawasan Asia Tenggara.
Selain itu, koleksi merek-merek apparel mewah seperti disebutkan di atas tak kalah lengkap dan aktual dengan yang ada di Singapura.
Bahkan, untuk beberapa item tertentu, harganya jauh lebih murah di mal-mal Jakarta ketimbang di ION Mall, atau Takashimaya Orchard Road.
Menurut Steve, kekuatan Jakarta lainnya ada pada populasi sebanyak 12,5 juta pada siang hari, dan 9,1 juta pada malam hari.
"Pasar domestik sangat kuat, ditambah ekspatriat yang menetap atau bekerja di sini. Jakarta tidak hanya mengandalkan turis luar, tetapi juga pasar domestik," ujar Wakil Presiden Direktur PT Metropolitan Kentjana Tbk, Jefri S Tanudjaja, pengembang dan pengelola Pondok Indah Mall (PIM) 1 & 2 serta Puri Indah Mall dan Puri Indah Mall Extension.
Alhasil, para pembelanja atau shoppers Indonesia saat ini lebih memilih belanja di Jakarta dibanding Singapura.
Tak pelak, saat "Jakarta Great Sale" dibuka pada 3 Juni lalu, pembelanja lokal memenuhi pusat-pusat belanja di Ibu Kota.
Tak mudah menemukan tempat parkir kosong di Lotte Shopping Avenue, Kota Kasablanka, Gandaria City, Central Park, Kelapa Gading Mall, atau di PIM 1&2 saat pembukaan Jakarta Great Sale, dan setiap akhir pekan.
Jefri mengungkapkan, saat akhir pekan itu, jumlah pengunjung PIM 1 & 2 dan Puri Indah Mall serta Puri Indah Mall Extension mencapai 100.000 orang.
"Hampir semua mal di Jakarta ikut program ini selama sebulan. Kami mengharapkan, masyarakat Indonesia tak perlu ke Singapura lagi untuk belanja. Karena semua brand sudah ada di sini, bahkan dengan harga lebih murah. Diskon Jakarta Great Sale juga besar-besaran," pungkas Jefri.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.