Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hasrat Belanja Orang China Menurun, Mal dan Sektor Ritel Singapura Terpuruk

Kompas.com - 07/06/2016, 06:00 WIB
Ridwan Aji Pitoko

Penulis

SINGAPURA, KOMPAS.com - Selain karena melemahnya ekonomi, sepinya pusat perbelanjaan, dan komersial di Singapura juga disebabkan minimnya minat belanja turis-turis yang datang ke negara kota ini.

Orang-orang kaya China juga terkena perlambatan ekonomi dan tindakan keras korupsi di negaranya sehingga membuat mereka kurang bernafsu membeli barang-barang mewah sebagaimana tahun-tahun sebelumnya saat Singapura masih booming sebagai surga belanja.

Baca: Sepi Pengunjung, Orchard Road Singapura Bukan Lagi Pusat Belanja

Selain itu, China sendiri juga tengah membangun mal-mal mewah, dan bahkan telah menyiapkannya sebagai surga bebas bea cukai di titik-titik panas wisata lokal guna mengangkat konsumsi turis dan memacu pariwisata domestik.

Indonesia, Thailand, dan Malaysia kini tak ketinggalan memiliki versi lebih murah dari produk yang sama seperti dijual di Singapura.

Sebuah tas mewah buatan Couch harganya kini dua kali lebih tinggi dibandingkan di negara-negara tersebut.

Data CBRE menunjukkan, tingkat pertumbuhan ruang ritel atau pusat belanja di Jakarta dan Bangkok justru tumbuh 20-25 persen dalam lima tahun terakhir dengan tingkat kekosongan yang terus menurun.

"Banyak orang kaya China dulu yang datang dan menghabiskan uangnya untuk barang-barang mewah dan itu tak lagi ada serta di dalam regional ini sudah banyak kompetisi. Jadi kami pesimistis dengan pasar ritel Singapura," jelas Direktur Penelitian Cushman & Wakefield, Christine Li.

Penurunan potensi dan prospek ritel merupakan satu dari beberapa masalah di sektor properti yang kini tengah dihadapi oleh Singapura.

wikipedia Orchard Road, kawasan perbelanjaan terkenal Singapura yang banyak dikunjungi para wisatawan manca negara termasuk Indonesia.
Hal lainnya adalah menurunnya real estate investment trust (REITs) pengembang atau pemilik tanah seperti terjadi pada Frasers Centrepoint, Capitaland, dan Wheelock Properties yang kehilangan sahamnya sekitar 10-20 persen dalam kurun waktu setahun terakhir.

Ada 18,58 hektar lahan ritel yang siap diisi di Singapura sampai akhir 2017 dan bukanlah hal mudah untuk menemukan penyewanya (tenant).

Tetapi banyak dari pengembang besar yang sebagian terlindung dari keterpurukan karena segmen mereka hadir seperti di pasar perhotelan atau rumah di pasar Asia dan seterusnya.

"Selama tiga tahun mendatang Anda bisa lihat ketersediaan yang ada sangat kuat dan meskipun kuartal pertama cukup tangguh Anda tidak bisa melihat pertumbuhan ekonomi yang tinggi," kata analis Joshua Tan.

Penjualan baju dan perlengkapan kaki di Singapura turun 3,5 persen secara tahunan pada Maret lalu dan bahkan merosot drastis 14,6 persen pada Februri.

Imbasnya merek baju kenamaan Inggris, New Look dan Celio dari Prancis berencana menutup cabangnya di Singapura tahun ini.

"Cara peritel berekspansi terlalu cepat tetapi semuanya menjadi buruk ketika perekonomian China melambat," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com