Associate Director Retail Service Colliers International Indonesia, Steve Sudijanto, mengutarakan pendapatnya kepada Kompas.com, Jumat (19/2/2016).
Menurut Steve, pusat belanja masih menjadi primadona di Indonesia. Terlebih untuk kota-kota besar, dan lapis kedua di seluruh Indonesia.
"Kendati belanja online akan lebih murah, efisiensi waktu, dan tenaga, namun orang masih akan banyak mendatangi pusat belanja," tutur Steve.
Dia melanjutkan, karena itu, MAP tak mungkin menutup gerai-gerai offline-nya yang ada di pusat-pusat belanja di seluruh Indonesia. (Baca: Rambah Bisnis "Online", MAP Tak Akan Tutup Gerai)
Bahkan, kata Steve, MAP punya kewajiban untuk menjaga volume penjualan dan menyeimbangkannya antara format online dan offline.
Ini artinya, gerai-gerai yang ada di mal tetap beroperasi, kendati dari segi konsep lay out dan ukuran akan berubah.
"Jadi pusat belanja secara fisik akan tetap ada dan masih sangat prospektif," imbuh Steve seraya menegaskan, terlebih bisnis belanja daring di Indonesia belumlah sebesar di Amerika Serikat atau Eropa.
Untuk diketahui, menurut Kementerian Komunikasi dan Informatika, nilai industri eCommerce tahun ini diprediksi mencapai 24 miliar dollar AS dan terus melonjak 130 miliar dollar AS hingga 2020 mendatang.
Data dan angka itulah yang memotivasi MAP dan juga raksasa ritel lainnya, PT Matahari Putra Prima Tbk terjun di bisnis e-Commerce dengan nama situs belanja www.mataharimall.com.