Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

KA Cepat Harus Menjadi Bagian dari "Grand Design" Ekonomi Nasional (II)

Kompas.com - 30/11/2015, 21:00 WIB


KA Cepat  Jakarta-Bandung

Untuk KA Cepat Jakarta-Surabaya hingga sekarang belum ada rancangan dasar jalur (basic-design track) yang disiapkan pemerintah.

Sedangkan untuk fase pertama Jakarta-Bandung sesuai Perpres Nomor 107/2015, hampir dapat dipastikan adalah Gambir, Manggarai, Halim, Cikarang, Karawang, Walini, Kopo, Gedebage.

Ini karena pertimbangan jarak stasiun cukup dekat serta ada hambatan topografi setelah Padalarang menuju Bandung. Selain itu, kecepatan terus menerus di atas 250 kilometer per jam sulit dipertahankan bila KA berhenti di setiap stasiun.

Panjang trek diperkirakan 150,5 kilometer. Terdiri dari 70,5 kilometer jembatan, 22,9 kilometer terowongan, dan berada di atas tanah 40,5 kilometer timbunan serta 16,6 kilometer galian. 

Nilai proyek mencapai 5.585 juta dollar AS atau ekuivalen Rp 78 triliun)  termasuk rolling stock dan akan menyerap 40.000 tenaga kerja. 

Konsorsium memperkirakan Economic Internal Rate of Return (EIRR) sebesar 13,07 persen, Return on Investment (ROI) 5,92 persen, dan Return on Equity (ROE) 9,62 persen pre-tax, untuk masa konsesi 40 tahun.

Pencapain pengembalian investasi di atas dengan asumsi tarifnya 16 dollar AS, sehingga akan diperoleh pendapatan non-fare box lewat pengembangan kota baru Walini dan Transit Oriented Development (TOD) di Gedebage.

Optimasi lanjut jumlah stasiun perhentian dan akses yang mulus dari stasiun ke pusat-pusat kota yang dilintasi, akan sangat menentukan tingkat pelayanan KA Cepat ini nantinya.

Kontraktor Engineering, Procurement, Construction (EPC) kemungkinan besar akan diterapkan dalam proyek ini, dan sedang dimatangkan oleh sesama anggota konsorsium.

 
Perlu persiapan matang

Dalam dekade terakhir pengembangan KA Cepat menjadi proyek teratas dalam daftar pasar infastruktur global.

Sebagian besar karena alasan manfaat ekonomi, lingkungan serta kekhawatiran melonjaknya eksternalitas negatif bila pola business-as-usual pengembangan infrastruktur transportasi berlanjut.

Hal ini menekankan bahwa biaya eksternal jangka panjang telah menjadi faktor yang sangat penting untuk membenarkan dibangunnya KA Cepat.

Kompas.com/IHSANUDDIN Rombongan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) saat menjajal kereta cepat Shinkasen di Tokyo, Jepang, Rabu (11/11/2015)
Selain tentu saja dengan menghubungkan pusat-pusat pertumbuhan besar yang padat penduduk akan membuka kesempatan pengembangan ekonomi regional. 

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau