Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perpaduan Informalitas dan Peradaban Kota di Kampong Glam

Kompas.com - 10/05/2015, 16:10 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

Kamar yang saya tempati berisi empat bunk bed berkapasitas delapan orang yang seluruhnya perempuan dab berada di lantai tiga. Kamar mandi yang digunakan bersama berjumlah tiga unit, seluruhnya dalam kondisi bersih, dan sangat terawat. Dilengkapi water heater, dan pengering rambut.

Dengan kelengkapan fasilitas dan peralatan penunjang seperti itu, menjadikan tingkat okupansi hostel ini selalu di atas 100 persen. Terlebih saat musim puncak liburan. Reservasi penuh sebulan sebelum hari libur.

Staf administrasi Shophouse Social Hostel, Mustafa, mengatakan, para tamu biasanya merupakan turis backpacker asal Eropa, Amerika Serikat, dan negara-negara Asia, termasuk Indonesia, dan Korea Selatan.

"Mereka tahu hostel ini dari internet dan juga secara word of mouth. Tapi lebih banyak secara word of mouth. Kami direkomendasikan oleh para backpacker. Ini sebuah kehormatan menjadi salah satu referensi utama," tutur Mustofa, Sabtu (9/5/2015).

Mustafa melanjutkan, dalam tiga tahun terakhir, arus wisatawan asal Tiongkok, dan Korea Selatan lebih mendominasi. Mereka bermalam (length of stay) rerata selama seminggu. "Mungkin ekonomi Tiongkok, dan Koreal Selatan sedang booming," imbuh Mustofa.

Tak jauh dari Shophouse Social Hostel, terdapat Kampong Glam Cafe. Ini merupakan tempat kongkow para turis dengan harga kudapan tak lebih 6 dollar Singapura per item. Muda-mudi berbagai etnis, ras, bangsa, dan agama, berbaur di tempat ini, menikmati suguhan kuliner khas melayu dengan label 'halal'.

Saya pun turut dalam keceriaan dengan mereka, menyantap laksa Singapura berbanderol 4 dollar Singapura dan teh tarik seharga 0,9 sen.

Sementara pelancong-pelancong senior lebih memilih bernostalgia, menikmati saksi mati Istana Kampong Gelam, lengkap dengan tutorial digital yang bisa diakses melalui layar LED di gerbang kawasan.

Selama tinggal beberapa malam, pada akhirnya, Kampong Glam tak salah dilabeli permata sejarah dan budaya Singapura. Sebuah tempat yang menawarkan pengalaman luar biasa. Keramahan orang-orang Melayu, orang-orang Arab, dan kebanggaan mereka sebagai warga Singapura.

Mereka memberikan informasi dan meyakinkan saya bahwa Singapura, khususnya Kampong Glam, tak pantas untuk dilupakan. Paras menawan Bobby, blasteran Arab-Belanda, yang menawari kunjungan ke Kampong Glam pun berkelebat saat artikel ini dibuat.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com