Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

China Loyo, Eropa Perkasa

Kompas.com - 16/04/2014, 13:53 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

KOMPAS.com - Berbanding terbalik dengan China, penjualan kredit properti di Eropa justru meroket 65 persen sekaligus merupakan rekor baru sebesar 69 miliar dollar AS atau setara Rp 788,5 triliun.

Menurut Cushman and Wakefield, pengaruh krisis utang yang terjadi sebelumnya mulai menyurut dan mendorong investor mengalokasikan dana untuk membeli properti. Cushman bahkan berani menaikkan prediksi pertumbuhan kredit sebesar 25 persen setelah lonjakan transaksi properti awal tahun ini menjadi 29,8 miliar dollar AS atau Rp 340,5 triliun.

Pengamat perbankan, Federico Montero, mengatakan, pencapaian tersebut mungkin menandai puncak penjualan kredit setelah penawaran melonjak dalam beberapa bulan pertama. "Kami tidak melihat fenomena triwulanan seperti ini, di mana investor bernafsu menghabiskan dananya memborong properti," ujarnya.

Pemegang kredit properti, termasuk Badan Nasional Penanggulangan Aset Irlandia, juga  mempercepat penjualan seiring perekonomian Eropa yang menunjukkan tanda-tanda kebangkitan, setelah terpuruk akibat krisis utang.

Investor telah mengalokasikan dana sebanyak 125 Euro atau Rp 1.973 triliun untuk berinvestasi properti dan kredit terkait dengan properti di Eropa. Contohnya Royal Bank of Scotland Group Plc, kreditur yang 80 persen sahamnya dimiliki Pemerintah Inggris, ini mencatat penjualan senilai 18,4 miliar (Rp 210,2 triliun).

Sementara pembeli kredit properti terbesar, Lone Star Funds, tercatat menghabiskan 12,9 miliar Euro (Rp 203,6 triliun) guna membeli kredit properti sepanjang tahun 2013 lalu hingga Maret 2014.

Kondisi tersebut sangat jauh berbeda dengan China. Kucuran kredit baru kuartal I tahun 2014, merosot 19 persen dari tahun sebelumnya. Hal ini menyebabkan ekspansi China melambat ke level terendahnya dalam enam kuartal pada periode Januari-Maret, menambah risiko kehilangan target pertumbuhan tahunan sekitar 7,5 persen.

Seretnya aliran dana di pasar tersebut menunjukkan pelemahan penjualan dan harga properti. Menurut Biro Statistik Nasional, harga jual hunian melorot 7,7 persen menjadi 177 miliar dollar AS atau setara Rp 2.022 triliun ketimbang periode yang sama tahun lalu. Penurunan juga terjadi pada pembangunan hunian baru menjadi 291 juta meter persegi pada tiga bulan pertama tahun ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau