Alhasil, pasar properti Indonesia semakin riuh dan semarak. Di satu sisi, akselerasi pertumbuhan kian menguat dengan semakin banyaknya pasokan, tumbuhnya permintaan, dan juga potensi kenaikan harga. Di sisi lain, konsumen dihadapkan pada banyak pilihan dan kesempatan untuk mendapatkan properti idaman.
Associate Director Research Colliers International Indonesia, Ferry Salanto, mengatakan, pasar properti Indonesia sejatinya ditentukan oleh kelompok-kelompok besar, seperti Sinarmas Land Group, Ciputra Group, Lippo Group, Pakuwon Group, Summarecon Group, dan Agung Podomoro Group.
Sementara nama lawas macam Brasali Group, Lyman Group, dan Salim Group hanya mengembangkan properti kelas tertentu dan tidak segencar aksi bisnis pengembang-pengembang besar tersebut di atas.
"Tentu saja, meskipun tidak agresif, mereka punya keunggulan sebagai pengembang yang menjual produk properti berkualitas. Nama besar mereka merupakan jaminan kualitas tinggi sehingga pasar percaya untuk membeli properti mereka," tutur Ferry kepada Kompas.com, Selasa (15/4/2014).
Menurut Ferry, bila nama-nama besar macam Ciputra Group, Sinarmas Land Group, dan Agung Podomoro Group sebagai supply driven (penyedia properti untuk memenuhi kebutuhan pasar dengan ceruk besar), lain halnya dengan Lyman Group dan Salim Group. Dua nama terakhir ini hadir untuk ceruk pasar terbatas.
"Seperti halnya Dua Mutiara Group yang dimiliki Tan Kian. Kelompok usaha bisnis ini secara spesifik menyasar kelas atas. Tak mengherankan propertinya juga seharga miliaran rupiah dan berada di kawasan bisnis utama," kata Ferry.
CEO Leads Property Indonesia, Hendra Hartono, menambahkan, untuk kelompok pengembang eksklusif, cenderung beroperasi secara diam-diam (silent developer). Mereka biasanya menyediakan lahan atau dana untuk dikerjasamakan dengan pengembang supply driven yang sangat aktif.
"Meski bekerja di belakang layar, namun nama Salim, Tan Kian, dan lainnya itu sebagai background sebuah proyek, masih tetap disegani," tandas Hendra.
Penguasa properti
Ferry melanjutkan, pengembang-pengembang tersebut juga menguasai pasar subsektor properti tertentu. Katakanlah untuk subsektor perumahan, pasar ini sangat dikuasai oleh Ciputra Group dan Sinarmas Land Group. Proyek mereka tersebar di Jadebotabek dan seluruh Indonesia. Bahkan, Ciputra Group sudah merambah ke kota-kota lapis kedua dan tingkat kecamatan.
Perumahan-perumahan besar skala kota dan menengah dengan jumlah puluhan ribu unit dipasok oleh kedua imperium properti ini selama lebih dari tiga dekade. Sebut saja BSD City, Kota Wisata, Grand Wisata, Balikpapan Baru, Wisata Bukit Mas, CitraRaya, CitraGarden, CitraIndah, CitraGran, dan lain sebagainya.
Sementara untuk subsektor perkantoran, Dua Mutiara Group menguasai CBD Jakarta. Menyusul kemudian Lippo Group dan Jakarta Land Group.
"Untuk apartemen, jelas Agung Podomoro Land yang bertakhta di puncak. Mereka memasok lebih dari separuh pasokan baru dari total 141.492 unit hingga kuartal I-2014," pungkas Ferry.
Lippo Group tampil sebagai pengembang dengan portofolio pusat belanja terbanyak. Hingga saat ini, mereka memiliki 25 pusat belanja eksisting dan 17 proyek pusat belanja yang sedang dalam tahap konstruksi. Jumlah properti ini dalam rangka menuju penguasaan aset sebanyak 50 pusat belanja hingga 2020 mendatang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.