Data Biro Statistik Nasional menunjukkan, harga jual hunian selama kuartal I 2014, melorot 7,7 persen menjadi 177 miliar dollar AS atau setara Rp 2.022 triliun ketimbang periode yang sama tahun lalu. Penurunan juga terjadi pada pembangunan hunian baru menjadi 291 juta meter persegi pada tiga bulan pertama tahun ini.
Demikian pula dengan kucuran kredit baru, merosot 19 persen dari tahun sebelumnya. Hal ini menyebabkan ekspansi China melambat ke level terendahnya dalam enam kuartal pada periode Januari-Maret, menambah risiko kehilangan target pertumbuhan tahunan sekitar 7,5 persen.
"Penurunan besar dalam pembangunan properti baru adalah kejutan dan itu menunjukkan bahwa pengembang, sebagian besar bukan perusahaan publik, prihatin tentang prospek pasar properti dan menunda pembangunan rumah. Kredit diperketat menyebabkan uang mengalir sedikit, adalah alasan utama penjualan melemah," ujar analis properti Credit Suisse Group AG, Jinsong Du.
Analis Morgan Stanley, Brian Leung, memprediksi pasar properti China akan memburuk dalam beberapa bulan mendatang seiring kinerja negatif tingkat penjualan dan pertumbuhan harga yang dibukukan pengembang. Tingkat penjualan mereka turun 5,7 persen pada kuartal pertama menjadi 178,3 juta meter persegi dari periode yang sama tahun sebelumnya.
Guna mengatasi situasi tidak semakin memburuk, Perdana Menteri China, Le Keqiang, berencana merevisi pengetatan properti nasional. Pihaknya akan mengatur pasar perumahan secara berbeda dengan memperhitungkan kondisi lokal, di masing-masing kota.