Hasil survei Urban Land Institute (ULI) dan PricewaterhouseCoopers (PWC) menyebutkan, ibukota Jepang ini muncul sebagai magnet investasi sejak pengenalan reformasi ekonomi yang dramatis dan bertujuan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Terlebih, Tokyo telah dipilih menjadi tuan rumah Olimpiade 2020 yang dipastikan dapat meningkatkan bisnis dan investasi. Laga olimpiade ini juga bakal menstimulasi pemulihan nilai properti setelah anjlok selama 20 tahun.
Komite Olimpiade Internasional (ICO) bahkan memproyeksi pengaruh perhelatan akbar olahraga ini terhadap sektor properti akan mencapai nilai 152 miliar yen (Rp 15,4 triliun).
Mengekori Tokyo, terdapat Shanghai. Kota ini dipandang sebagai paling menarik untuk investasi. Kendati mengalami penurunan tingkat kapitalisasi dan pertumbuhan sewa stagnan, properti Shanghai tetap punya magnit kuat bagi investor internasional. Kota ini dianggap merupakan pasar dengan risiko investasi rendah.
Survei tersebut juga menempatkan Jakarta di posisi puncak dalam hal prospek pengembangan yang mewakili negara dengan pasar berkembang.
"Sementara pasar terkuat di Asia dilanda kenaikan harga yang lebih tinggi dan imbal hasil yang lebih rendah untuk produk inti, justru menyebabkan investor bereaksi menemukan cara baru, termasuk fokus pada jenis properti khusus mencari peluang di pasar negara berkembang," kata Chairman of ULI North Asia, Raymond Chow.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.