Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mempertahankan Rumah Adat di Bima

Kompas.com - 24/02/2012, 03:12 WIB

”Sebelum agama resmi masuk Mbawa, setiap upacara Raju ada ribuan orang. Pelataran rumah adat ini penuh dengan manusia. Mereka bahkan bermalam di sini selama upacara Raju berlangsung. Sekarang suasana itu tidak terjadi lagi. Hanya sebagian orang tua yang masih percaya dan hadir pada upacara Raju,” kata Jamaludin.

Bahkan, ada beberapa tokoh agama mengusulkan agar rumah adat itu dihilangkan karena bertentangan dengan ajaran agama. Tetapi, sebagian orang tua tetap mempertahankan Ncuhi, dengan alasan rumah adat itu warisan leluhur yang masih tersisa di Bima.

”Mereka yang tak suka pada rumah adat ini tidak mudah menghilangkannya. Bagi kalian yang tidak suka, tak perlu datang ke rumah ini. Cukup saya, anak, dan istri yang menjalankan kepercayaan tua ini,” kata Jamaludin.

Bagi dia, Ncuhi ibarat nyawa Desa Mbawa. Jauh sebelum agama masuk Mbawa, rumah adat itu disegani dan dihormati warga. Sebelum suatu kegiatan umum berlangsung, selalu diawali upacara khusus di Ncuhi.

Upacara adat yang masih bertahan, antara lain, tolak roh jahat, syukur atas hasil panen, upacara perkawinan, sekolahkan anak, serta pembangunan rumah berskala besar, seperti balai desa, kantor desa, dan rumah ibadah.

Untuk melestarikan Ncuhi, Jamaludin tak bosan mengajak warga Mbawa bergotong royong. Bahan bangunan mereka ambil dari hutan sekitar sehingga warga tak perlu mengeluarkan uang untuk perbaikan rumah adat itu.

”Perawatan rumah adat ini mudah. Hanya sekitar 10 tahun sekali baru memerlukan perbaikan, bahkan pernah sampai 20 tahun baru ada kerusakan kecil,” katanya. Dalam setiap perbaikan Ncuhi, Jamaludin mengajak warga dan kepala desa berembuk untuk berbagi tugas.

Upaya Jamaludin melestarikan Ncuhi membuat kawasan ini menjadi salah satu obyek wisata di Bima. Selain turis dari Amerika Serikat, Jerman, Austria, Belanda, dan Jepang, banyak peneliti sosiologi dan antropologi yang menjadikan Ncuhi sebagai obyeknya. (SIWI YUNITA WAHYUNINGRUM/SEMUEL OKTORA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com