Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mempertahankan Rumah Adat di Bima

Kompas.com - 24/02/2012, 03:12 WIB

Setiap awal bulan Oktober, sebelum musim tanam, digelar upacara Raju, berburu babi hutan dengan kuda dan berjalan kaki. Sebelum agama masuk di Mbawa tahun 1915, warga desa setempat percaya akan kekuatan Ncuhi. Namun, seiring berjalannya waktu serta masuk dan berkembangnya agama-agama di Mbawa, sampai kini hanya 30-50 orang yang melibatkan diri pada upacara tersebut.

”Semakin banyak babi ditangkap, diyakini hasil panen akan melimpah. Babi hutan itu simbol rezeki dari leluhur. Namun, jika yang diperoleh warga kebanyakan babi betina, diyakini curah hujan cukup banyak. Namun, babi jantan juga berarti hujan besar meskipun hanya sebentar,” kata Jamaludin.

Dalam upacara Raju tidak dibedakan agama, suku, dan asal-usul warga. Semua orang di Mbawa ”wajib” ikut. Di Desa Mbawa terdapat tiga keyakinan warga, yakni Katolik, Protestan, dan Islam. Semua warga terlibat dalam upacara itu. Yang Muslim tak menyentuh babi, tetapi mereka tetap menghadiri upacara tersebut.

Sebagian besar daging babi dipersembahkan kepada leluhur. Setiap bagian dari babi itu diambil satu-tiga potong kemudian diletakkan di rumah adat, batu-batu, dan pohon di samping rumah adat yang diyakini sebagai simbol kehadiran leluhur.

Pada saat bersamaan, warga desa pun datang membawa makanan mereka masing-masing. Mereka makan bersama di rumah adat itu sambil bernyanyi dan menari adat.

Mereka membawa juga bibit padi dan jagung yang hendak ditanam. Bibit itu disimpan beberapa saat di dalam rumah adat, kemudian diperciki air kelapa muda berwarna merah oleh Jamaludin. Percikan air kelapa muda ini simbol berkat dari leluhur terhadap bibit-bibit yang hendak ditanam agar benih itu tak mudah dimakan hama dan hasilnya melimpah.

Raju biasanya berlangsung tiga hari, lima hari, atau tujuh hari, sesuai dengan kesepakatan para ketua adat. Keputusan jumlah hari perayaan Raju tergantung pada posisi bulan, petunjuk leluhur, dan mimpi dari ketua adat.

Keturunan raja

Jamaludin beragama Katolik. Dia keturunan dari Raja Katonu Amasafa, pemimpin terakhir dari Ncuhi Mbawa.

Rumah adat Ncuhi muncul sebelum agama-agama masuk di Bima. Ini merupakan penjelmaan dari kekuasaan tradisional ratusan tahun silam. Agama asli warga disebut ”Ndus”, yang percaya pada leluhur dan kekuatan tertinggi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com