AMSAL UNGGUN
: n.a
aku belum juga paham bahasa yang menyusun dirinya
dalam hangat tubuhmu. jarak terlalu tajam dan menyayat
kukira kau jelmaan unggun pada sebuah ritus suci
mengucurkan hangat lain di paruparu malam
dan mereka yang duduk melingkar di sekelilingmu
seperti juga rindu, mengendap pada dasar cawan nadiku
setelah unggun tinggal jelaga dan asap membumbungkan kenangan
aku masih mengais sisa hangatmu dari dinding tipis angin
Tanah Serang,2009
RUPANYA
rupanya kilap lesung pipimu, parasmu yang bundar namun likat,
dan gerik tubuhmu saat berjalan tak juga hengkang dari tubir
ingatanku. menjuntai serupa akar beringin tua.
rupanya ingatanku yang berwarna darah, secangkir kisah
yang tersaji di meja kenangan, dan denyut nadi yang entah kapan
berkelindan di gubug nyawamu tak juga lelah memintal sebaris nama
-hawa
Tanah Serang,2009