PELUK
kamar lengang tanpa suara adalah pelukanmu pada suatu gerimis
yang mengeja luka.
aku mencacah setiap ingatan yang berulangkali
menghanyutkanku dalam kesedihan badai.kesedihan yang juga
seperti daunan kering, serakan di suatu taman dan seseorang datang,
menghimpunnya kemudian menjahitkan api.
doadoa melintas antara gemeretak pelan dedaun terbakar, juga mimpi.
tak sempat dibacakan nasib pada sebuah pertunjukan
dengan judul seramai tirai hujan
dan pelukanmu sekarang menjelma krematorium. mengabukan
jengkal demi jengkal jasadku
Tanah Tangerang, 2009
MALAM LEMBANG DIBALUT HUJAN
dingin yang pecah dari pembuluh malam
belum mampu membekukan
remah perbincangan kita
langit menjulurkan hujan
menciptakan ceruk kecil kenangan
dan menambah perih setiap tikung ingatan
yang sejak dahulu perlahan kuhanguskan
dalam tiap kobaran doa.namun berkalikali
kuhanguskan