Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Merancang Masjid Sebaiknya Kontekstual dengan Budaya Lokal

Beberapa masjid di Indonesia kini tampak lebih variatif, dan menawan seperti Masjid Al Irsyad atau Masjid Raya Sumatera Barat.

Principal Urbane Indonesia Reza A Nurtjahja mengatakan, dalam membuat desain masjid sebaiknya menaati beberapa kriteria dasar, seperti letak mihrab yang harus di depan.

Kemudian terdapat jalur khusus sehingga tidak ada persimpangan antara jamaah laki-laki dan perempuan.

Lebih lanjut, Reza menyarankan layout ruangan sebisa mungkin berbentuk kotak guna  memudahkan baris atau posisi jamaah saat beribadah.

"Prinsip-prinsip itu yang harus diawali dulu, kemudian harus nyaman, supaya khusyuk beribadahnya. Itu yang utama," ucap Reza kepada Kompas.com, beberapa waktu lalu. 

Dalam merancang masjid, menurut Reza, arsitek harus memerhatikan kenyamanan saat beribadah, terutama di Indonesia.

Dengan iklim tropis seperti ini, Reza mengungkapkan semestinya desain masjid harus teduh yang didukung sirkulasi cahaya dan udara yang baik.

"Di dalamnya, masjid dibuat nyaman dengan cahaya yang banyak dan ventilasi alami," ujar Reza.

Selain itu, konsep masjid juga tidah harus selalu memakai kubah pada bagian atapnya. Desain rumah ibadah sebenarnya bisa menyesuaikan dengan kondisi sekitar.

"Tidak harus memakai kubah, karena masjid Nusantara dulu juga enggak ngambil dari kubah, tapi dikontekskan dengan lokal," ucap Reza.

Reza menambahkan, bentuk masjid pada zaman dulu malah menjunjung tinggi budaya dan kearifan lokal.

Dia mencontohkan atap masjid di Lombok dan Kudus yang tidak melulu berbentuk kubah.

"Kita sebetulnya punya budaya yang sudah mengakar duluan, nah itu yang harus muncul, harus kita gali lagi," ucap Reza.

"Itu memang membutuhkan kreativitas arsitek, basisnya di dua itu, tropikal sama Nusantara," lanjut dia.

Namun hal ini menjadi pertanyaan ketika desain masjid tidak memiliki ciri khusus.

Bagi Reza, jika masjid dirancang tanpa kubah, keberadaan minaret sudah cukup memberikan tanda bahwa bangunan tersebut merupakan sebuah masjid.

"Yang penting itu ada minaret sih, untuk menunjukkan," ucap dia.

Prinsip lain yang bisa diterapkan adalah dengan menambahkan kekayaan yang ditimbulkan dalam sejarah Islam.

Menurutnya, kekayaan sejarah dan pengetahuan Islam seperti aljabar dapat diaplikasikan dalam desain ventilasi masjid.

Ukiran dan ornamen berbentuk matematis dapat semakin menyemarakkan desain bangunan.

Satu hal lagi yang perlu menjadi perhatian adalah permintaan klien. Dalam merancang masjid, Reza mengingatkan, permintaan dan masukan klien juga harus menjadi perhatian.

"Kadang-kadang ada yang pengen ada unsur kubah, mungkin di mata si klien kubah jadi simbol utama, ya tidak apa-apa, tapi biasanya kami hadirkan dalam bentuk yang sedikit beda," tutup dia.

https://properti.kompas.com/read/2019/03/05/144320221/merancang-masjid-sebaiknya-kontekstual-dengan-budaya-lokal

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke