KOMPAS.com - Bukan pencakar langit tertinggi, atau bangunan komersial bawah air, kali ini, sensasi yang bakal diwujudkan Dubai adalah membangun hutan hujan buatan.
Kota terbesar kedua di Uni Emirat Arab ini bakal diwarnai pengembangan baru yang berbeda bertajuk Akoya Oxygen. Kubah-kubah bangunan raksasa, baik hunian maupun komersialnya akan dikelilingi hutan hujan buatan (Dubai Rainforest).
Selain itu, dilengkapi juga dengan "kanopi hutan", dinding panjat tebing, sauna, spa, lapangan golf, dan kolam renang. Adalah Damac Properties yang punya gawean nyeleneh dan di luar kebiasaan ini.
"Dubai dikenal di seluruh dunia untuk menjadi yang terbaik, tertinggi, dan terbesar. Untuk itu, kami akan melengkapi predikat tersebut dengan membangun Dubai Rainforest, berikut dengan sejumlah atraksi pendukungnya," tutur Direktur Damac Properties, Ziad El Chaar.
Dubai Rainforest dirancang untuk menciptakan lingkungan alam yang terdiri dari jenis tanaman pilihan. Pemilihan jenis tanaman dikonsultasikan dengan ahli flora dari Basin, Amazon. Alokasi lahan untuk Dubai Rainforest ini meliputi 6 persen dari permukaan bumi.
"Dubai Rainforest akan menjadi wonderland tropis, yang dapat dikunjungi dan dijadikan sebagai wahana pembelajaran bagi turis, warga dan kelompok sekolah. Pengembangan ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi generasi baru," tambah El Chaar.
Pengunjung akan dibawa pada perjalanan mengasyikkan menelusuri hutan, mulai dari gerbang hingga "pedalaman", sebelum naik ke "kanopi hutan" atau bangunan berkubah untuk belajar tentang flora dan fauna.
Yang menjadi pertanyaan besar, bagaimana kemudian Dubai Rainforest ini bisa terbentuk dan berkelanjutan sementara rerata curah hujan tahunan Dubai hanya 10 milimeter? Bandingkan dengan curah hujan di Basin, Amazon, yang curah hujannya rerata 2.000 milimeter per tahun.
Belum ada keterangan resmi bagaimana Damac Properties mengelola hutan hujan buatan tersebut. Namun, satu yang pasti, Al Chaar menjanjikan proyek jumbo ini selesai dibangun pada 2020 mendatang.