Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Lho yang Disebut Properti "Sunrise"...

Kompas.com - 07/01/2015, 19:23 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Anda tentu pernah membaca media cetak, literatur, brosur atau ditawari agen properti dan pengembang untuk menginvestasikan uang pada properti yang mereka jual.

Bukan properti biasa, tentu saja, yang mereka tawarkan, melainkan disertai embel-embel "sun rise". Artinya, produk properti tersebut berada di kawasan yang sedang berkembang sehingga punya potensi besar untuk mengalami pertumbuhan harga.

Tak sedikit broker dan pengembang yang menjual gimmick tersebut demi merayu calon konsumen. Namun, sebetulnya, apa sejatinya yang disebut properti "sun rise", dan dalam kondisi seperti apa untuk bisa dilabeli secara tepat dengan tahbis "sun rise"?

Menurut Presiden Direktur PT Modernland Realty, Tbk., Andy K Natanael, properti dalam kondisi "sun rise", adalah apabila berada di lokasi yang sama sekali belum mapan (mature). Lokasi yang masih "merangkak" atau berkembang menuju kelengkapan ekologis kawasan.

"Lokasi tersebut masih dikembangkan untuk menjadi lebih lengkap. Ada huniannya, ada ruang aktivitasnya, ada fasilitas komunalnya. Namun, belum begitu lengkap. Misalnya, baru ada hunian dan ruko. Meski demikian, bukan berarti fasilitas-fasilitas lainnya tidak dibangun. Itu pasti dibangun, sesuai dengan rancangan induknya," tutur Andy kepada Kompas.com, Rabu (7/1/2015).

Selain itu, lanjut Andy, lingkungan di sekitar lokasi properti tersebut sudah dilengkapi dengan akses berupa infrastruktur baru yang terkonseksi dengan infrastruktur lama. Terutama jaringan jalan baik tol, arteri, lingkungan, maupun berbasis rel.

"Jika memang menemukan properti di lokasi-lokasi seperti itu, maka itu lah yang disebut properti "sun rise". Karena punya potensi untuk lebih berkembang dengan pertumbuhan harga yang menjanjikan," tandas Andy.

Ada pun pertumbuhan harga yang mungkin terjadi pada properti seperti ini, kata Andy, bisa sampai 20 persen hingga 25 persen. Akselerasi pertumbuhan ini akan semakin cepat dengan besaran lebih besar jika fitur-fitur yang ada dalam rancangan induk satu per satu dikembangkan. Misalnya pembangun ruko, pusat belanja, fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, fasilitas hiburan, dan fasilitas olahraga.

"Sebuah kawasan pengembangan dengan pertumbuhan progresif, akan mendongkrak nilai properti. Dan itu sudah pasti. Sebaliknya, sebuah kawasan yang sudah mapan, pertumbuhan harganya akan tipis, karena nilai propertinya sudah tinggi. Pengembang tidak bisa mengerek lebih tinggi lagi karena tingkat serapan pasti terbatas," kata Andy.

Dia menambahkan, selain mempertimbangkan lokasi dan kawasan di sekitarnya, calon konsumen juga harus menghitung secara tepat saat membeli properti "sun rise". Menurut Andy, tahun ini merupakan waktu yang tepat membeli properti. Pasalnya, meski sebagian pengembang sudah menaikkan harga namun besarannya tidak setinggi kenaikan harga pada tahun 2012 dan 2013.

"Pengembang lebih realistis dengan kondisi sekarang. Paling banter kenaikan harga sekitar lima persen hingga sepuluh persen. Jadi tahun ini adalah momentumnya beli properti, setelah 2014 melambat. Ini saatnya pulih (rebound) dan eksekusi dilakukan. Sebelumnya kan ditunda karena tahun politik dan hambatan lainnya," pungkas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau