Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa Perbedaan Mencolok antara Singapura dan Tiongkok?

Kompas.com - 17/10/2014, 17:21 WIB
Arimbi Ramadhiani

Penulis

Sumber CNBC

KOMPAS.com - Apa perbedaan mencolok antara Singapura dan Tiongkok? Arsitek beken dunia, Moshe Safdie, membeberkan beberapa hal aktual yang sangat diametral antara kedua negara ini. Terutama dalam perspektif konstruksi dan properti.

Menurut Safdie, bekerja di sektor konstruksi dan properti Tiongkok membutuhkan "ketekunan yang luar biasa". Berbeda dengan di Singapura.

"Bangunan di Tiongkok adalah yang paling menantang. Terlepas dari luasnya, negeri ini juga kompleks karena Anda perlu memenuhi sederet peraturan. Sistem perizinan, seperti ulasan perencanaan dan kode untuk membangun gedung, tidak seperti biasanya. Menurut saya, bangunan baru bisa selesai enam sampai tujuh tahun kemudian," kata Safdie.

Arsitek yang telah berhasil membangun gedung terkenal antara lain, Institute of Peace Headquarters di Amerika Serikat, Khalsa Heritage Memorial di India, dan Marina Bay Sands Singapura ini, tengah bekerja pada sebuah proyek pembangunan di tepi laut, pertemuan daratan sungai Yangtze dan Jialing.

"Saya percaya tujuan bangunan harus diinspirasi dari desainnya. Tidak hanya secara praktik berfungsi, tapi juga harus menginspirasi. Saya tidak senang menemukan orang hanya terkesima pada sebuah gedung. Berapa lama Anda bisa terkesima? Lima menit? Bangunan yang baik akan membuat orang terkesima hingga 50 tahun, bukan lima menit," kata Safdie.

Sementara Singapura di mata Safdie, merupakan negara yang menonjol. Terlepas dari Marina Bay Sands Resort senilai 5,7 miliar dollar AS yang merupakan salah satu tujuan wisata paling ikonik di Asia Tenggara ini, ia juga bertugas untuk membangun sebuah kubah besar di Bandara Changi dan sebuah kompleks perumahan di pusat kota.

Keputusan pemerintah Singapura menawarkan pekerjaan ini padanya, adalah berdasarkan kualitas desain arsitektur, bukan dari honornya.

"Di Singapura, harga tanah tetap dan pengembang diberitahu untuk menggambarkan apa desain yang dapat dicapai untuk negara tersebut. Dalam membangun Marina Bay Sands juga demikian.  Anda bisa saja berlebihan membangun tetapi mereka memiliki perhatian kepada ranah publik. Sebaliknya di Tiongkok, mereka masih tidak mengerti perencanaan dalam hal kenyamanan jika terlalu banyak membangun," papar Safdie.

Pria kelahiran Israel ini mendapat pengakuan sejak usia 20-an dengan peletakan batu pertama proyek "Habitat 67". Sepanjang karir 50 tahunnya, Safdie menjadi populer sebagai tokoh yang mampu memenuhi kebutuhan manusia melalui karya arsitekturnya.

Saat ini, Safdie bermukim di Asia, kawasan dengan pertumbuhan ekonomi yang cepat dan memicu ledakan konstruksi dalam beberapa dekade terakhir.

"Intensitas pertumbuhan tidak akan berhenti. Tidak ada yang meragukan bahwa kantor kami mendapat tempat utama di Asia, khususnya Tiongkok dan Singapura," tambah Safdie.

Tetapi, skala besar dan kecepatan urbanisasi bisa mengancam kualitas lingkungan hidup. Menurut dia, Asia akan melalui pertumbuhan yang sangat cepat, yakni ketika semua orang terburu-buru untuk membangun.

"Ketika bangunan sudah berlebih, Anda harus cermat untuk membuatnya tetap layak huni," kata Safdie.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau