Kasus ini awalnya dipicu ketidakpuasan sang pengembang B2 BKLYN, FCR, yang menganggap hasil kerja Skanska, kontraktor pelaksana pembangunan yang berbasis di Stockholm, Swedia, tidak sesuai dengan rencana awal.
Dalam rencana awal disebutkan, B2 BKLYN yang terdiri atas 3 menara apartemen sebanyak 1.500 unit, akan selesai dalam waktu 14 bulan. Namun, hingga hampir dua tahun berlalu sejak pembangunan tiang pancang, bangunan belum juga berdiri utuh, hanya sanggup mencapai 10 lantai dari total 32 lantai pada menara pertama.
Terang saja, FCR merasa tak puas dan melaporkan ke Mahkamah Agung New York pada 2 September 2014. Skanska dinilai telah gagal membangun konstruksi modular, yakni sistem bangunan inovatif yang awalnya diharapkan selesai dalam waktu 14 bulan. Dengan penundaan dan kelebihan anggaran sebesar 117 juta dollar AS (Rp 1,3 triliun), FCR pun mengambil alih sisa pembangunan dua menara, dan mengganti sistem konstruksi modular dengan konstruksi konvensional.
Selain itu, FCR juga menuding Skanska telah gagal mengadakan pelatihan tenaga kerja. Tudingan tersebut jelas ditampik Skanska yang menyatakan bahwa rencana FCR itu sudah rusak dari awal. Tapi yang lebih menarik dari kasus ini, setidaknya bagi mereka yang berkecimpung dalam industri bangunan, adalah potensi penggunaan teknologi konstruksi modular, sebuah proses konstruksi hasil kolaborasi SHoP dan Ove Arup & Partners.
Konstruksi modular telah lama mewarnai dunia desain, karena rendah biaya, dan menjadi model untuk membangun struktur kompleks secara cepat dan mudah ditiru. Didukung oleh Metabolists Jepang tahun 1960-an, teknologi konstruksi modular memperlihatkan arsitektur yang sempurna bagi konsumen modern.
Konstruksi modular juga menjanjikan perumahan massal dengan harga terjangkau yang dapat dimodifikasi sesuka hati, ditambahkan atau dikurangi, hanya dengan mengeluarkan prefabrikasi lain dalam kotak yang disediakan.
Namun begitu, konstruksi modular untuk hunian multi-unit telah terbukti jauh lebih sulit dipraktekkan. Bahkan, menara Nagakin Capsule yang dirancang Kisho Kurokawa, tidak terlalu diterima dengan baik pada debutnya tahun 1972. Kini proyek tersebut telah rusak.
Sementara B2 BKLYN yang sarat dengan struktur kaca dan baja sederhana dengan fasad yang agak kontekstual, mungkin sangat mudah dibangun dengan menggunakan metode konvensional. Tapi FCR dan Skanska melihat kesempatan untuk membangun sesuai "momen iPhone" yakni demonstrasi atas terobosan ekonomi dan efisiensi melalui pendekatan modular.