Hal tersebut menyebabkan tingkat hunian dan tarif sewa mengalami lonjakan signifikan ketimbang periode yang sama tahun sebelumnya.
Menurut data survei properti komersial Bank Indonesia (BI), di tengah kondisi pasokan yang tidak mengalami penambahan, tingkat hunian pusat belanja (terutama sewa), justru meningkat tipis 0,66 persen dibandingkan periode sebelumnya.
Terserapnya ruang-ruang ritel beberapa pusat perbelanjaan besar seperti Paris Van Java dan Trans Stuido Mall memberikan kontribusi pertumbuhan tingkat hunian.
Selain itu, masuknya beberapa pengecer baru dengan skala usaha cukup besar sebagai semi anchor tenant, berdampak pada lonjakan tarif sewa sebesar 8,14 persen secara tiga bulanan atau 28,42 persen secara tahunan.
Demikian halnya dengan kondisi pusat belanja strata. Pasokan stagnan dengan angka cenderung tidak berubah yakni hanya 190.000 meter persegi. Namun demikian permintaan masih terindikasi meningkat sebesar 2,22 persen secara triwulanan dan 5,75 persen secara tahunan yang pada gilirannya menaikkan harga jual 8,90 persen dalam tiga bulan dan 34,46 persen per tahun.
Saat ini, tarif sewa rerata pusat belanja grade A di Bandung mencapai Rp 800.000 per meter persegi per bulan di luar biaya servis. Sementara tarif sewa pusat belanja grade B berada pada posisi Rp 550.000 per meter persegi per bulan tidak termasuk biaya servis.
Sekretaris DPD REI Jawa Barat, Lia H Nastiti, mengatakan, stabilnya pasar pusat belanja Bandung mudah dimafhumi, karena banyak peritel yang membawa brand baru, melakukan ekspansi.
"Lifestyle center atau pusat belanja masih menjadi primadona di Bandung. Jika dikalkulasikan jumlahnya mungkin sudah terlalu banyak. Ada kejenuhan, tapi pengembang menyiasatinya dengan ruang ritel non-konvensional yakni hanya untuk memenuhi kebutuhan penghuni apartemen, hotel atau kantor," ucap Lia kepada Kompas.com, Sabtu (6/9/2014).
Dia menambahkan, yang sekarang kembali naik daun justru subsektor perumahan tapak. Pasarnya sangat bagus karena permintaan terus tumbuh. Rumah yang paling diincar adalah kelas menengah sekitar Rp 500 juta per unit seluas 36/90.