Jakarta memang luar biasa. Dengan jumlah pusat perbelanjaan atau mal yang mencapai 170 gedung, lahan ritel di DKI Jakarta sudah mencapai luas empat juta meter persegi. Dalam laporan Global Cities Retail Guide 2013/2014 terbitan Cushman&Wakefield, lahan ritel di Jakarta tersebut saat ini sudah tumbuh lebih dari 17 persen dari sebelumnya.
Jumlah lahan ritel yang terbilang besar itu tentu menuntut masing-masing pemiliknya untuk menawarkan hal menarik bagi konsumen. Dalam risetnya, Lamudi menemukan bahwa tiap mal memang menawarkan fitur unik. Sebagai contoh, Grand Indonesia memiliki layar bioskop terbesar di Indonesia. Hal serupa juga dimiliki Mal Kelapa Gading yang memiliki IMAX Theater terbesar.
Tak hanya karena menarik. Tingginya pendapatan per kapita konsumen mal juga membuat sektor ini tetap bergairah meski diwarnai moratorium.
Karan Khetan, Managing Director Lamudi Indonesia, mengatakan pendapatan per kapita yang tinggi, kelas menengah yang dominan, dan meningkatnya daya beli adalah alasan utama di balik lonjakan permintaan ritel di Jakarta.
"Jika Anda mengunjungi setiap pusat perbelanjaan di Jakarta," kata Karan.
"Anda bisa merasakan economic excitement di Indonesia. Maraknya label-label high-end, ditambah berbagai toko-toko dan restoran dari luar negeri maupun lokal memicu keinginan para konsumen mendapatkan retail therapy," tambahnya.
Tidak hanya jamak dalam jumlah gedung, namun tingkat okupansinya pun tinggi. Menurut data Lamudi, tingkat hunian mal di Jakarta mencapai 90 persen pada kuartal kedua 2014. Jumlah tersebut merupakan jumlah okupansi tertinggi sejak 2005 lalu.
Menanggapi hal tersebut, Anton Sitorus, Researcher dari JLL, justeru mengungkapkan bahwa kondisi sektor ritel akan "tricky" di paruh terakhir tahun ini. Menurutnya, moratorium membuat pembangunan mal semakin sulit. Lantas, pasokannya tidak akan tumbuh.
"Buat mal yang sudah ada, keadaan ini bagus. Tapi, mal yang ada sekarang milik pengembang juga. Pengembang juga butuh tumbuh, jadi ini menjadi kendala juga. Kuncinya (moratorium) ada di Ahok," ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.