Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peringatan Buat Pengelola Pusat Belanja, Berevolusi atau Mati!

Kompas.com - 03/10/2017, 19:02 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

JAKARTA, KompasProperti - Kabar dua gerai Matahari Department Store dan satu gerai Debenhams Store yang menutup operasionalnya, menyisakan cerita bahwa pengelola pusat-pusat belanja harus pandai-pandai berkreasi agar tidak semakin banyak peritel (penyewa) yang hengkang. 

Baca: Plaza Blok M Mulai Ditinggalkan Pengunjung

"Kalau tidak kreatif dan inovatif, peringatan buat pengelola pusat belanja. Mereka akan tergerus, untuk kemudian mati, atau berevolusi mengikuti perkembangan zaman," ujar Associate Director Retail Service Colliers International Indonesia, Steve Sudijanto, kepada KompasProperti, Selasa (3/10/2017).

Steve mencontohkan, banyak pengelola yang tidak hirau tren yang sedang berlangsung saat ini. Alhasil pusat-pusat belanja yang mereka kelola, sepi ditinggalkan penyewa dan juga pengunjung. 

Hal ini terjadi pada pusat-pusat belanja kelas menengah, menengah bawah, dan kelas bawah, yang tidak jelas konsepnya alias masih mencari-cari jati diri. 

Berbeda halnya dengan pusat belanja primadona, kendati masuk kelas menengah, namun bila pengelolanya menawarkan sesuatu yang baru yang tengah digandrungi, akan terus menerus dikunjungi.

Pasalnya, sekarang masyarakat datang ke mal, tak sekadar berbelanja, melainkan mengadakan pertemuan (melting point), relaksasi, memenuhi kebutuhan gaya hidup, dan juga tentu saja sebagai wahana catwalk.

Suasana Matahari Department Store di Pasaraya Manggarai, Jakarta, Selasa (19/9/2017). PT Matahari Department Store Tbk memastikan akan menutup dua gerai yang berlokasi di Pasaraya Blok M dan Pasaraya Manggarai pada akhir bulan September 2017 akibat pusat perbelanjaan tersebut sepi pengunjung. KOMPAS IMAGES/KRISTIANTO PURNOMOKOMPAS.com / KRISTIANTO PURNOMO Suasana Matahari Department Store di Pasaraya Manggarai, Jakarta, Selasa (19/9/2017). PT Matahari Department Store Tbk memastikan akan menutup dua gerai yang berlokasi di Pasaraya Blok M dan Pasaraya Manggarai pada akhir bulan September 2017 akibat pusat perbelanjaan tersebut sepi pengunjung. KOMPAS IMAGES/KRISTIANTO PURNOMO
"Orang akan berpikir dua kali jika berkunjung ke Plaza Indonesia atau Palza Senayan hanya menggunakan celana bokser. Pasti mereka datang dengan dandanan semenarik mungkin," papar Steve.

Dandan sedemikian rupa ke mal-mal kelas atas atau premium seolah fardhu ain. Karena mereka yang datang ke pusat belanja kategori ini adalah mereka yang mafhum fashion bermerek dan pasti mengimpersonasikan diri dengan fashion setter atau idolanya.

Kembali ke pusat belanja kelas menengah, menengah bawah, dan bawah. Ramainya pengunjung bukan berarti bakal ketiban untung. Banyak juga pengunjung yang hanya window shopping alias "pegang-pegang dan lihat-lihat doang".

Padahal, para penyewa tentu mengharapkan para pengunjung ini dapat dikonversi menjadi pelaku belanja yang bertransaksi.

"Tentu saja, mereka mengharapkan terjadi transaksi pembelian. Tak sekadar ramai. Nah, konsep seperti apa yang memungkinkan pusat belanja ramai dan juga menguntungkan bagi peritel?," tanya Steve.

e-Commerce melonjak

Saat ini, tantangan pengelola pusat belanja tak kalah berat dibanding pengelola perkantoran dan juga pemasar apartemen.

Baca: Harga Sewa Perkantoran Jakarta Terus Merosot

Pusat belanja adalah sektor terakhir yang mendapat perhatian. Jika kondisi bisnis dan ekonomi makro secara umum dalam kondisi bagus, maka bisnis ritel atau pusat belanja juga mengikuti. 

"Orang kalau punya duit, daya belinya pasti ada. Apalagi kalau penghasilannya naik, daya beli ikut naik. Minum kopi saja harus ke kafe. Masalahnya sekarang, penghasilan nggak naik-naik. Pasti mereka irit. Inilah salah satu penyebab, sepinya pusat belanja," papar Steve.

Tak hanya itu, ekspansi bisnis perdagangan daring (e-commerce) juga berpengaruh, kendati tidak terlalu signifikan. Bisnis ini terus mencatat pertumbuhan dari tahun ke tahun.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com