JAKARTA, KompasProperti - Ketika Ir Sutami merancang dan membangun Jembatan Semanggi pada tahun 1961, saat itu alumnus Institut Teknologi Bandung tersebut menggunakan teknologi beton terbaru pada masanya.
Kini, teknologi terbaru kembali diaplikasikan ketika Simpang Susun (SS) Semanggi dirancang dan dibangun di atas Jembatan Semanggi.
Baca: Simpang Susun Semanggi, Reinkarnasi Gagasan Besar Ir Sutami (l)
Sebuah gagasan besar Sutami yang pada saat itu ingin menangani persoalan kemacetan di DKI Jakarta, kembali dilanjutkan.
Kepala Dinas Bina Marga DKI Jakarta Yusmada Faizal Samad mengakui, kepadatan arus lalu lintas menjadi salah kendala yang dihadapi dalam membangun SS Semanggi.
Pasalnya, dua jalur SS Semanggi tak hanya sekedar melayang, tetapi juga melengkung. Dua ide pembentukan struktur beton gelagar pun muncul.
Baca: Simpang Susun Semanggi, Reinkarnasi Gagasan Besar Ir Sutami (ll)
"Cast in situ (cor ditempat) atau precast concrete (segmen-segmen box girder yang dicetak di pabrik," kata Yusmada seperti dikutip KompasProperti di akun Facebooknya, Senin (31/7/2017).
Kriteria pekerjaan pun ditentukan. Struktur SS Semanggi dibuat tanpa penyangga sepanjang 80 meter, guna meminimalisir gangguan signifikan terhadap arus lalu lintas. Lengkungan ini, berada di atas Jalan Tol Dalam Kota.
Kedua, kemiringan longitudinal jalan layang dalam batas standar dengan konstrain jarak tidak melewati simpang Jalan Benhil dan Simpang Jalan SCBD.
Terakhir, jadwal pelaksanaan yang padat selama 18 bulan dengan mencanangkan Triple-8 target, angka keramat 17-8-17 sebagai deadline kontrak kerja.
Baca: Simpang Susun Semanggi, Reinkarnasi Gagasan Besar Ir Sutami (lll)
"Atas dasar kriteria pelaksanaan diatas, maka pilihan yang sesuai adalah penggunaan teknologi precast concrete dengan metoda konstruksi span by span method dan khusus pada segmen overpass dengan cantilever method," ujarnya.
Baca: Simpang Susun Semanggi, Reinkarnasi Gagasan Besar Ir Sutami (Selesai)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.