JAKARTA, KompasProperti - Kehadiran Simpang Susun Semanggi yang telah dioperasikan sejak Jumat (28/7/2017) lalu, merupakan bagian dari upaya Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta mengurangi kemacetan Ibu Kota.
Jakarta yang merupakan kota metropolitan, mengalami pertumbuhan jumlah kendaraan yang cukup signifikan. Namun, hal tersebut tidak diimbangi dengan pertumbuhan ruas jalan.
Berdasarkan Data Dinas Perhubungan dan Transportasi DKI Jakarta, seperti dikutip Harian Kompas, pertumbuhan ruas jalan saat ini kurang dari 1 persen.
Sementara, pada tahun 2014 pertumbuhan kendaraan di DKI Jakarta mencapai 7 persen, tahun 2015 bertambah 5,2 persen, dan sampai dengan Juli 2016 tumbuh hingga 2,7 persen.
Kemacetan sepanjang hari yang menjadi momok bagi pengguna kendaraan di Jakarta ini, mendorong Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melakukan studi komprehensif guna menilai performa ruas-ruas jalan arteri nasional se-Jabodetabek.
Baca: Simpang Susun Semanggi, Reinkarnasi Gagasan Besar Ir Sutami (I)
"Studi ini dikenal dengan nama MARIP (Metropolitan Arterial Road Improvement Project, 2011-2012) bekerja sama dengan JICA. Salah satu objek studi adalah Persimpangan Semanggi," tulis Kepala Dinas Bina Marga DKI Jakarta Yusmada Faizal Samad, melalui akun Facebook-nya, Senin (31/7/2017).
Seperti diketahui, di kawasan tersebut sebenarnya telah dibangun Jembatan Semanggi, karya Ir Sutami tahun 1961. Bentuknya yang ikonik seperti daun semanggi, menjadikan Jembatan Semanggi sebagai salah ikon Jakarta.
Studi Kementerian PUPR dan JICA pada akhirnya menghasilkan lima skema penyelesaian kemacetan, mulai dari penambahan flyover baru di kedua sisi di Jalan Gatot Subroto, hingga skema memperlebar kolong jalur lambat untuk kemudian memotong (short cut) ke ramp Semanggi yang berada di depannnya.
Tujuan dari skema-skema tersebut yaitu mengatasi fenomena pertemuan arus lalu lintas yang bersilangan, baik di Jalan Gatot Subroto maupun di kolong Jembatan Semanggi dan Jalan Sudirman.
Baca: Simpang Susun Semanggi, Reinkarnasi Gagasan besar Ir Sutami (III)
Yusmada menambahkan, seiring dengan penyerahan wewenang penyelenggaraan ruas jalan nasional dari Kementerian PUPR ke Pemprov DKI Jakarta, Gubernur DKI Jakarta saat itu, Basuki Tjahja Purnama mengajukan pengambilalihan penanganan proyek Simpang Susun Semanggi.
SS Semanggi diyakini dapat menjadi opsi untuk menyelesaikan keruwetan kemacetan yang terjadi sehari-hari di wilayah Semanggi dan sekitarnya.
"Dan dengan keputusan yang berani dan super cepat, skema penyelesaian Semanggi yang dipilih adalah the best option, yaitu membuat dua ramp baru (elevated road) untuk pergerakan lalu lintas belok kanan dari ruas arteri Gatot Subroto ke Sudirman," tulisnya.
Baca: Simpang Susun Semanggi, Reinkarnasi Gagasan Besar Ir Sutami (IV)
Baca: Simpang Susun Semanggi, Reinkarnasi Gagasan Besar Ir Sutami (Selesai)
(Bersambung)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.