Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indocement Berharap Rel Kereta Bisa Masuk Pabrik

Kompas.com - 28/07/2016, 16:00 WIB
Arimbi Ramadhiani

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Produsen semen PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk sangat mengandalkan jasa kereta api dalam mendistribusikan produknya ke sejumlah wilayah di Indonesia.

Terlebih tahun depan Indocement akan melakukan penambahan kapasitas produksi sampai 50 persen.

"Dari sisi pengembangan bisnis kami harapkan railway masuk ke pabrik, sehingga loading semen dari pabrik kita lebih mudah. Kalau itu bisa masuk, akan jadi sangat ekonomis," ujar Direktur Utama PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Christian Kartawainata saat Seminar Nasional Infrastruktur, Transportasi dan Logistik Nasional di Hotel Pullman, Jakarta, Kamis (28/7/2016).

Keuntungan penggunaan kereta api, menurut Chris, salah satunya adalah kecepatan dalam mendistribusikan semen dari pabrik ke sejumlah daerah.

Selain itu, ketika ada jembatan putus, produsen semen bisa tetap mengirimkan barang. Dengan kereta api, penggunaan truk di jalan juga berkurang.

Namun, Chris menuturkan, keuntungan jasa kereta api ini tidak sepenuhnya maksimal. 

Untuk menggunakan jasa kereta api, produsen harus membawa barang dari pabrik ke stasiun. Setelah dikirimkan ke kota yang dituju melalui kereta, barang juga harus diangkut kembali dari stasiun ke konsumen.

"Terkadang jalannya dari stasiun ke konsumen ini yang tidak diperhatikan. Ini selalu menjadi kendala yang membuat kondisi akses terus diperbaiki. Tapi, tutup lubang di sini, muncul lubang lain," kata Chris.

Kendala lainnya yang harus dialami Indocement ketika mengirimkan semen menggunakan kereta api adalah rel yang terbatas.

Contohnya, ketika mengirim semen dari pabrik di Citeureup, stasiun terdekat adalah Nambo.  Di Nambo, lintasan kereta api yang bisa dipakai hanya satu rel dan harus bergantian dengan kereta penumpang atau KRL.

"Ini sebenarnya sudah terobosan, kita bisa pakai kereta api dari Nambo. Tapi kita menunggu rute kereta Nambo-Cikarang dibuka, sehingga operasi lebih banyak lagi," ucap Chris.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com