ISKANDAR, KompasProperti - Permintaan hunian kelas atas di Johor, Malaysia, terus meningkat dari tahun ke tahun.
Namun, permintaan tersebut tidak berasal dari pasar domestik alias warga negara Malaysia, melainkan berasal dari ekspatriat atau orang asing yang bekerja, dan mempunyai bisnis di negeri jiran ini.
Senior Executive Sales Leisure Farm Rafiah Rafi menuturkan konsumen pembeli unit-unit hunian mewah di Leisure Farm yang dikembangkan Mulpha Group, berasal dari 38 negara berbeda.
Baca: Merasakan Bermalam di Rumah Seharga Rp 40 Miliar
"Pembeli asal Singapura masih mendominasi dengan angka 51 persen. Disusul Malaysia 29 persen, kemudian Inggris 5 persen, dan Indonesia 3 persen," ungkap Rafiah kepada KompasProperti, Kamis (25/5/2017).
Menariknya, pembeli asal Indonesia merupakan bos-bos besar yang menjadi pucuk pimpinan perusahaan skala Nasional.
Hal senada dikatakan Country Head Knight Frank Indonesia Willson Kalip. Menurut dia, orang-orang kaya atau para pebisnis (business owner) yang kerap tampil di televisi memiliki rumah dengan ukuran terbesar, dan termewah di sini.
Fenomena ini telah berlangsung sejak lima tahun terakhir, transaksi properti kelas atas didominasi orang asing.
Managing Director Andaman Group Datuk Seri Vincent Tiew menengarai orang-orang Johor WN Malaysia tidak terburu-buru memiliki rumah atau tidak memiliki pola pikir untuk berinvestasi di properti.
Hal ini terbukti dari data banyaknya aplikasi untuk mengakses program Dream House yang menawarkan perumahan dengan harga terjangkau.
Terdapat lebih dari 260.000 orang yang mengantre untuk mendapatkan sejumlah 1.800 unit hunian murah.
"Salah satu syarat untuk dapat mengakses program ini adalah belum memiliki rumah. Ini menunjukkan bahwa banyak orang Malaysia yang belum memiliki rumah," tutur Vincent.
Nama terakhir merupakan proyek berkonsep kota pintar dengan nilai 100 miliar dollar AS di koridor ekonomi Iskandar.