Investasi di Shanghai turun menjadi Rp 30,3 triliun ketimbang periode yang sama tahun lalu senilai Rp 34,5 triliun. Kemerosotan ini akan terus berlanjut hingga akhir tahun sebesar 50 persen seiring laba yang menipis.
Survei DTZ Properties memprediksi investasi properti bisa jatuh dan hanya akan mencapai setengah dari angka itu pada semester II tahun ini.Managing Director Investment DTZ Tiongkok, Jimmy Yip, mengatakan penurunan pada semester kedua nanti bisa lebih parah lagi. "Mengingat beberapa transaksi masih dalam negosiasi, pasar masih dingin hingga akhir tahun ini," kata Yip.
Pada 2013, investasi properti Shanghai tercatat merupakan yang tertinggi dalam sejarah. Namun imbal hasil rerata gedung perkantoran lebih rendah, hanya 5 persen, sementara suku bunga kredit rerata mencapai 6 persen.
Perlambatan pertumbuhan imbal hasil di tengah kredit yang ketat dan turunnya pasokan berikut transaksi aktif beberapa tahun terakhir merupakan pendorong ampuh mundurnya investor dari pasar properti Shanghai.
Tak hanya Shanghai, penurunan terjadi juga di Beijing. Bahkan kemerosotannya lebih besar yakni 31 persen, dari semula Rp 31,3 triliun menjadi Rp 21,7 triliun. Kemerosotan mencakup investasi asing. Sebaliknya, investasi domestik justru menguat.
Menurut data DTZ, investasi mancanegara pada semester pertama 2014 bergeser sebesar 9 persen dibandingkan dengan semester pertama tahun 2013. Sedangkan investasi dalam negeri tumbuh 34 persen.