Demikian rangkuman pendapat dari pelaku bisnis dan industri properti yang disampaikan kepada Kompas.com, Kamis (3/7/2014).
Menurut Business Development Director TelkomProperty, Agus Murdiyanto, sektor properti terkait dengan permintaan. Selama permintaan akan hunian, perkantoran, dan ruang komersial tinggi, maka siapa pun presiden yang akan memimpin Indonesia, tidak jadi masalah.
"Selain itu, properti korelasinya erat sekali dengan pasokan tanah. Jika persediaan lahan terbatas, maka harga properti akan tinggi, karena lahan tersebut diperebutkan oleh banyak pengembang. Oleh karena itu, pasar properti akan tetap booming saat Pemilu bahkan setelah presiden baru terpilih nanti," papar Agus.
TelkomProperty sendiri, tambah Agus, akan tetap mengembangkan rencana besarnya dengan merealisasikan proyek-proyek properti komersial berupa perkantoran, hotel, dan juga apartemen sewa.
"Tahun ini hingga lima tahun ke depan, kami akan membangun 19 hotel di seluruh Indonesia. Selain itu, kami juga akan mendayagunakan seluruh aset Telkom Group sebagai sumber recurring income," urai Agus.
Associate Director Research Colliers International Indonesia, Ferry Salanto, mengatakan, sektor properti Indonesia sudah terbiasa dengan "gejolak" politik. "Jadi, efeknya tidak terlalu signifikan akan mengubah wajah sektor properti. Investor pun, terutama yang melakukan investasi jangka panjang akan tetap jalan," kata Ferry.
Pemilu, lanjut dia, bukan sesuatu yang membuat sektor properti berhenti. Hasil pemilu hanya akan berdampak sesaat berupa sentimen pasar. "Itu pun bersifat temporer dan merupakan penghambat keputusan para investor melakukan ekspansi dan atau diversifikasi usaha. Sejauh ini, perhelatan Pemilu tidak mengganggu," tandas Ferry.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.