Menurut analis Braclays Plc, Paul Louie, harga rumah di kota ini sempat tergelincir 4 persen pada tahun lalu setelah pemerintah memperkenalkan langkah-langkah pengetatan untuk mengekang gelembung properti. "Dampak kebijakan tersebut akan terasa pada akhir 2015 nanti saat harga proeprti turun setidaknya sebesar 30 persen," katanya.
Sebelumnya diberitakan, pada September 2012, Leung mengumumkan rencana hanya akan memberikan hak kepada warga untuk membeli apartemen di beberapa lokasi yang dibangun oleh pengembang swasta. Rencana ini untuk memastikan terpenuhinya kebutuhan lokal.
"Ketika kami meluncurkan skema percontohan ini, kami hanya akan menggunakannya ketika pasar sudah terlalu panas. Jika kita membutuhkannya di masa depan, kita bisa meluncurkan (kebiajakan pengetatan) dalam waktu singkat," imbuhnya.
Melemahnya pertumbuhan pasar properti Hongkong sejatinya sudah terjadi pada tahun lalu. Hal ini, salah satunya, ditandai menurunnnya permintaan dari kalangan ekspatriat dan investor asing sehingga menyebabkan harga sewa terkoreksi di beberapa lokasi. Seperti terjadi di kawasan South Island dan di The Peak. Kedua kawasan ini terkena pukulan paling berat akibat langkanya kedatangan ekspatriat sebagai pasar utama rumah sewa.
Para penyewa lajang memilih relokasi ke kawasan Sai Ying Pun, dan Lohas Park in Tseung Kwan O. Sementara Clearwater Bay, Sai Kung, serta Discovery Bay merupakan kawasan populer yang menjadi rujukan penyewa berkeluarga.
Head of Residential Leasing and Relocation Services Jones Lang LaSalle Hongkong, Anne-Marie Sage, mengungkapkan, pasar rumah sewa secara umum anjlok 3,3 persen selama 2013. South Island dan The Peak mencatat kemerosotan paling tajam yakni 7 persen per tahun.