MEDAN, KOMPAS.com - Desa wisata adalah salah satu program pengembangan pariwisata yang sedang digalakkan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf).
Tujuan dibentuknya desa wisata adalah memberdayakan masyarakat menjadi pelaku langsung dalam mengelola potensi wisata di wilayahnya. Pengembangan desa wisata baiknya didukung semua pihak, termasuk kampus.
Politeknik Pariwisata Medan pun berinisiatif menjadi salah satu pendukung dan pendamping Desa Wisata Denailama dan Pematangjohar.
Kesepakatannya ditandatangani pada 12 Juni 2021 oleh Kepala Desa Pematangjohar Sudarman, Kepala Desa Denailama Parnu dan Direktur Politeknik Pariwisata Medan Anwari Masatip yang didampingi Wakil Direktur 3 Zumry Sultony serta Emrizal dan Rahmat dari Program Studi Pascasarjana Politeknik Pariwisata Medan.
Baca juga: SMF Biayai Program Homestay Kemenparekraf di Desa-desa Wisata
Kesepakatan menyetujui fokus kerja meningkatkan sumber daya manusia dalam bidang pariwisata dan membangun desa menjadi destinasi wisata.
Ini adalah awal dan menjadi payung hukum, juga menjadi implementasi Tridharma Perguruan Tinggi.
Anwari mengatakan, Politekni Pariwisata Medan melakukan penelitian untuk menggali potensi-potensi yang dimiliki Desa Denailama dan Pematangjohar.
Kemudian menganalisa langkah-langkah apa yang harus dilakukan, selanjutnya mencari ide untuk meningkatkan potensi yang sudah ada saat ini.
Tapi, hal yang paling utama adalah meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pariwisata untuk penghasilan, tidak instan.
"Sifatnya berkelanjutan apabila dipelihara dengan baik,” kata Anwari kepada Kompas.com dalam pesan singkatnya, Rabu (23/6/2021).
Desa Wisata Pematangjohar menawarkan pemandangan sawah yang bisa dilihat melalui jalur setapak dan mencicipi kuliner di tengah sawah.
Untuk menyimpan kenangan, desa ini memiliki spot foto yang menarik. Desa Denailama saat ini fokus pada wisata edukasi dengan kafe baca dan literasi adat budaya Jawa, Melayu dan Batak.
Baca juga: Louka, Desa Wisata yang Viral Berkat Nenek 92 Tahun
"Desa ini punya kerajinan yang beragam seperti kain tenun khas Desa Denailama, batik jumputan, kopi dan kerajinan dari batok kelapa. Juga ada pemandangan wisata sawah dan area kuliner," ucap Anwari.
Tulang punggung ekonomi
Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi saat mengunjungi agrowisata Palohnaga di Desa Denailama, Kabupaten Deliserdang bersama Menparekraf Sandiaga Uno pada 9 Juni 2021 mengatakan, pariwisata harus bisa menjadi tulang punggung ekonomi di daerah.
"Sektor pariwisata dapat menghidupkan ekonomi suatu daerah, di kota-kota besar di dunia mayoritas produk domestik bruto-nya dari sektor pariwisata. Pada akhirnya, sektor pariwisata menjadi tulang punggung ekonomi," kata Edy.
Menurutnya, Desa Wisata Denailama punya potensi yang menjanjikan. Sebagai kepala daerah, dirinya mendukung penuh.
Selain itu, butuh peningkatan kualitas sarana dan prasarana yang menjadi salah satu tolak ukur keberhasilan.
"Seperti ketersediaan kamar mandi yang bersih," ungkapnya.
Anugerah Desa Wisata 2021
Menparekraf Sandiaga Uno mengatakan, pihaknya akan mendukung peningkatan keterampilan masyarakat di Desa Wisata Denailama.
Baca juga: Kelola Kawasan Kesawan, Pemkot Medan Gandeng BPK2L Semarang
"Fokus di sini adalah wisata edukasi karena ada kafe baca, setiap minggu selalu menyuguhkan kearifan lokal. Sama-sama kita bergandengan tangan untuk mendukung keberadaan tempat ini," katanya.
Sandi juga berharap agar Desa Wisata Denailama dapat menginspirasi masyarakat Indonesia untuk bangkit di masa pandemi ini.
Dikatakannya, di Danau Toba juga ada sebuah desa yang memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi desa wisata.
Dia lalu menyosialisasikan dan berkampanye agar 57.000 desa di seluruh Indonesia yang memiliki daya tarik wisata mendaftarkan desanya mengikuti Anugerah Desa Wisata Indonesia 2021.
Program ini telah berjalan di beberapa daerah seperti Desa Pujon, Malang, Desa Masubud, Desa Tugu Selatan Cisarua, Desa Cibuntukuningan, Desa Candirejo, Magelang dan Desa Pentingsari, Sleman.
Ini adalah acara yang menggabungkan kekuatan sosial media dan media mainstream, diisi dengan kunjungan jelajah desa wisata yang sudah berkembang maupun berkelanjutan di daerah regional dan dilaksanakan dengan mengikuti protokol kesehatan.
Baca juga: Selesai Dibangun, 656 Homestay di Labuan Bajo Siap Terima Turis
Tujuh kategori penilaian adalah: Cleanliness, Health, Safety and Environmental Sustainability (CHSE), desa digital, souvenir (kuliner, fesyen, kriya), daya tarik wisata (alam, budaya, buatan), konten kreatif, homestay dan toilet.
Kategori tersebut diharapkan mampu mendorong berkembangnya desa wisata menjadi wisata berkelanjutan dan sebagai bahan untuk meningkatkan kualitas yang dapat diikuti oleh semua desa di Indonesia.
Pelaksanaan kegiatan dimulai dengan promosi sejak 30 April-25 Juni. Registrasi online: 7 Mei 26 Juni, promosi regional: 20 Mei-24 Juni, kurasi: 28 Juni-2 Juli, pembekalan: 5 Juli-16 Juli secara online untuk mempertajam pemahaman mengenai syarat dan ketentuan kategori dan sarana edukasi CHSE.
Penentuan 50 desa terbaik: 16-20 Agustus, visit: 23 Agustus-12 November, penentuan 10 besar: 15-19 November, penentuan empat besar: 22 November-3 Desember dilakukan oleh dewan juri dan voting oleh masyarakat untuk memilih satu desa terfavorit lewat media sosial. Terakhir, malam puncak pada 7 Desember 2021.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.