Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penjelasan Arsitek Gedung Pusat Kebudayaan Subang yang Dianggap Mirip Sarang Burung

Kompas.com - 30/01/2021, 15:00 WIB
Suhaiela Bahfein,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

Sumber Yu Sing

JAKARTA, KOMPAS.com - Gedung serbaguna pusat kebudayaan Subang milik Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat di kawasan Hutan Kota Ranggawulung, Kabupaten Subang mendadak viral.

Pasalnya, bangunan itu terlihat seperti sarang burung.

Hal ini disebabkan material yang digunakan dalam pembangunan gedung itu mayoritas menggunakan bambu.

Bahkan, Anggota Komisi V DPRD Jabar Ali Rasyid mengaku geram sekaligus prihatin saat melihat langsung kondisi gedung yang pembangunannya direncanakan sejak tahun 2019 lalu.

Menurut dia, anggaran yang dikeluarkan untuk gedung pusat kebudayaan Subang benar-benar tak sebanding dengan hasil pekerjaan.

Baca juga: Subang Smartpolitan Dirancang sebagai Smart and Sustainable City

"Kami Komisi V baru tahu beberapa hari lalu. Makanya kami tinjau ke sini. Kami sangat prihatin melihat kondisi ini," kata Ali seperti dikutip dari Tribunnews Jabar, Sabtu (30/1/2021).

Ali mengatakan, anggaran yang dialokasikan untuk pembangunan gedung kebudayaan ini sebesar Rp 33 miliar dan telah digunakan sebesar Rp 6 miliar.

Gedung kebudayaan ini, kata Ali, dibangun di atas lahan seluas 4 hektar.

Menanggapi hal itu, Arsitek Studio Akanoma Yu Sing yang terlibat dalam perancangan gedung kebudayaan Subang menjelaskan, modul pada fasad ruang serba guna didesain dengan deretan bambu mikro.

Tujuannya, untuk digunakan secara fleksibel dengan berbagai fungsi oleh pengguna yang beraneka ragam.

"Bahkan, kalau mau untuk pasar kuliner dengan menerapkan jaga jarak juga bisa," kata Yu Sing kepada Kompas.com, Sabtu (30/01/2021).

Penjelasan ini juga diunggah Yu Sing dalam akun resmi instagramnya @iniyusing.

Dia melanjutkan, satu ruang bambu pada fasad tersebut bisa digunakan untuk satu keluarga  berkumpul.

Yu Sing mengatakan, prinsip desainnya, fasad berupa ruang, bukan hanya dinding. 

Dengan demikian, fasad itu bisa digunakan menjadi galeri, studio teater, toko, atau sekadar ruang duduk yang akrab.

Oleh karena itu, dia tidak pernah menyangka jika penggunaan bambu pada gedung kebudayaan Subang dipermasalahkan.

Menurut Yu Sing, kemandirian arsitektur di Indonesia salah satunya bisa dicapai melalui bambu.

"Apakah bambu sudah tidak berarti di Subang? Sayang sekali kalau salah satu potensi besar tanah Sunda (dan Indonesia) nantinya tidak dikelola dan dikembangkan lebih lanjut," pungkas Yu Sing.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau