Lalu bagaimana dunia arsitektur bisa mengakomodasi protokol kesehatan dalam menghadapi ancaman Covid-19?
Arsitek dari Studio ArsitektropiS Ren Katili memaparkan beberapa standar arsitektur yang bisa diterapkan masyarakat.
Menurut dia, hunian yang adaptif untuk pencegahan penyebaran virus covid-19 sebenarnya sudah diakomodasi dalam konsep rumah sehat yang selalu memperhatikan unsur iklim daerah setempat.
Untuk daerah tropis seperti Indonesia, rumah harus memenuhi aspek kecukupan pencahayaan matahari dan memiliki sirkulasi udara yang baik, di samping fasilitas ruang terbuka hijau yang memadai.
Baca juga: Tren dan Peluang Masa Depan Desain Zoomable Home Office
“Rumah yang memiliki sirkulasi udara baik dengan pancahayaan sinar matahari cukup akan mampu mereduksi kelembaban udara yang tinggi di daerah tropis sehingga rumah tidak terasa lembab yang memudahkan berkembangbiaknya bakteri serta virus-virus berbahaya,” terang Ren.
Lalu bagaimana mengatasi problem overheating yang sering dikeluhkan orang pada ruangan yang tidak ber-AC?
Ren mengamati, temperatur tinggi yang terjadi karena pencahayaan matahari berlimpah di daerah tropis, rata-rata dialami oleh rumah yang memiliki aliran udara rendah.
Untuk menghindari kondisi terlalu panas seperti itu, ia menyarankan, saat membangun rumah, bangunan sebaiknya diorientasikan pada arah utara-selatan.
Selain itu, bentuk bangunan yang pipih (desain persegi panjang) menurutnya juga lebih baik daripada denah rumah yang berbentuk gemuk (seperti kubus) karena udara akan lebih cepat keluar masuk.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.