Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Optimisme 2020: Milenial Pasar Utama Sektor Properti

Kompas.com - 10/02/2020, 10:00 WIB
Rosiana Haryanti,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Banyak kalangan berpandangan, tahun 2020 merupakan saat kebangkitan pasar properti.

Sekretaris Jenderal DPP Real Estat Indonesia (REI) Arman Nukman yang termasuk optimistis. Menurutnya, pasar properti tahun ini sangat menjanjikan, dengan proyeksi pertumbuhan mencapai 8-9 persen.

Hal senada dikemukakan Direktur Departemen Kebijakan Makroprudensial Bank Indonesia Widi Agustin.

Widi mengungkapkan, kebangkitan sektor properti didukung prospek ekonomi yang positif di level Nasional juga global secara umum.

Tak hanya itu, Widi menganggap, perusahaan properti menunjukkan level kepercayaan diri yang kuat, yang didorong adanya kesepakatan dagang antara China dan Amerika Serikat (AS). Optimisme tersebut juga menular di Indonesia.

Baca juga: Pengembang Optimistis Bisnis Properti Bangkit Tahun Ini

"Membaiknya prospek ekonomi dan tumbuhnya kepercayaan dari korporasi, mendorong pertumbuhan pembiayaan, termasuk ke sektor properti di 2020. Demand masyarakat terhadap properti juga meningkat," ucap Widi di Jakarta, Kamis (6/2/2020).

Dia menyebut, perbaikan kondisi perekonomian di Indonesia, ditopang oleh konsumsi rumah tangga dan investasi, termasuk sektor konstruksi dan properti.

Optimisme tersebut turut disampaikan oleh Ketua DPD Real Estat Indonesia (REI) DKI Jakarta Arvin F Iskandar.

Menurutnya, setelah tahun politik dan masa pemilihan umum yang selesai, bisnis properti seharusnya tumbuh.

"Tahun 2020 harusnya uptren. Bagus, teman-teman bergairah lagi untuk membangun perumahan," ucap Arvin, Rabu (5/2/2020).

Selain itu, Direktur Realty PT PP Urban Budi Suanda meyakini, keberadaan infrastruktur juga membuka jalan bagi tempat-tempat yang dulu belum terbuka

"Kami cukup yakin daerah yang mendapatkan berkah infrastruktur akan tumbuh," tutur Budi.

Ilustrasi propertiwww.shutterstock.com Ilustrasi properti
Sejumlah stimulus yang diberikan pun diperkirakan bisa meningkatkan pertumbuhan bisnis di sektor ini.

Pada kuartal IV-2019 saja, harga properti residensial menunjukkan penguatan yang berasal oleh kenaikan harga rumah tipe kecil dan menengah.

Melihat kinerja ini, Arvin menganggap, pasar rumah dengan harga di bawah Rp 700 juta diperkirakan laku keras pada tahun 2020. Adapun para pelaku properti saat ini sedang memusatkan perhatian pada pasar milenial

Hal ini didasari oleh proyeksi pertumbuhan jumlah penduduk berusia produktif khususnya generasi milenial. 

Populasi kalangan yang lahir pada tahun antara tahun 1980-an hingga tahun 1997 tersebut, menurut Arvin, menempati porsi hingga 30 persen.

Beragam promosi hunian makin membidik milenial. Pengembang pun ramai-ramai menargetkan kelompok umur dan menawarkan promo dan program khusus untuk pembelian rumah bagi milenial dengan dukungan pembiayaan dari perbankan.

"Kami menyiapkan produk yang sesuai dgn milenial, harga nggak terlalu mahal, compact enggak terlalu besar, cicilan ringan, utangnya panjang, DP lunak," kata Arvin.

Mengapa milenial?

Budi menganggap, milenial merupakan generasi yang beruntung karena terlahir pada masa perkembangan teknologi informasi yang sangat masif.

Namun hal ini memiliki dua dampak, yaitu mereka lebih terdirik, terencana, dan meski konsumtif tetapi memiliki sikap berhati-hati.

Baca juga: Mengapa Pengembang Hunian Berebut Milenial?

Masyarakat yang masuk ke kalangan usia ini juga menggemari kegiatan-kegiatan hiburan. Dalam memiliki hunian, milenial ingin rumah dengan harga terjangkau namun memiliki nilai. Hal inilah yang seharusnya ditangkap oleh para pengembang.

"Mereka ingin terjangkau tapi punya value. Ini yang harus dicermati oleh rekan-rekan developer untuk mendekat dengan market milenial," ucap Budi.

Strategi menggaet milenial

CEO AKR Land Thomas Go menganggap, jika pengembang ingin bertahan, mereka harus masuk ke pasar ini dengan sejumlah strategi khusus.

Untuk masuk ke pasar ini, maka pengembang harus inovatif dalam menciptakan produk baru. Menurut Budi, ini karena, milenial memiliki kebiasaan yang gemar menghabiskan uang untuk hal-hal baru membuat 

"Compact, high valuable product, desain sesuai dengan preferensi. Dari sisi harga, pengembang bisa kreatif untuk bisa menurunkan harga. Kemudian pembayarannya bisa fleksibel," kata Budi.

Senada dengan Budi, Country Director Rumah123 Maria Herawati Manik menyebut, kalangan ini lebih tertarik dengan rumah berdesain simpel.

Baca juga: Siasat Jitu Gaet Konsumen Milenial Beli Rumah

Menurutnya, luasan rumah tidak menjadi persoalan selama desainnya dapat memenuhi kebutuhan.

Bahkan jika bisa, desain rumah yang diinginkan harus dapat berfungsi juga sebagai tempat kerja atau usaha.

Selain itu, milenial juga lebih tertarik jika informasi yang diberikan developer dikemas dengan cara yang lebih atraktif dan transparan.

"Milenial, mereka lebih tertarik ke rumah simpel tapi bisa dikonversi menjadi tempat kerja dan usaha. Luas tidak jadi soal, selama desain cukup, dan bisa memenuhi kebutuhan. Banyak juga yang tertarik jika bisa dipakai jadi tempat usaha," tutur Maria.

Ilustrasi milenial SHUTTERSTOCK Ilustrasi milenial
Amran menambahkan, pasar milenial juga harus diperlakukan berbeda. Salah satu faktor penarik adalah tawaran hunian dengan harga jual terjangkau, atau maksimal Rp 500 juta.

Menurut Amran, pengembang perlu mengetahui sasaran konsumennya. Pasar properti residensial di atas Rp 1 miliar saat ini sedang landai.

Selain itu, bila pada zaman dulu pertimbangan membeli rumah adalah lokasi, namun saat ini tren tersebut telah berubah.

Bagi konsumen yang berasal dari kalangan usia tersebut, lokasi saja tidak cukup untuk menarik mereka membeli rumah.

Menurutnya, saat ini, meski lokasi rumah berada di area strategis, namun jika produk yang ditawarkan tidak sesuai baik dari sisi harga maupun fungsinya, maka bisa saja properti tersebut tidak laku.

Baca juga: Milenial, Pameran Rumah Ini Buat Kalian! Banyak Promo, Harga Murah...

Upaya lain untuk menggaet kalangan ini adalah dengan melakukan inovasi dalam hal pembayaran.

Untuk itu developer perlu memformulasikan produk, desain, dan harganya agar sesuai dengan kantong milenial.

"Misal area premium seperti Jakarta Barat, dibuat kavling dengan panjang 5 meter kali 8 meter dua lantai. Lalu dijual dengan harga Rp 600 juta. Itu salah satu cara menarik milenial," kata Amran.

Amran juga menyebut, developer perlu memanfaatkan keberadaan transportasi publik yang semakin memudahkan mobilitas konsumen.

Ilustrasi.shutterstock Ilustrasi.
Tawaran kemudahan

Dengan potensi besar yang ada, pengembang dan perbankan pun ramai-ramai memberikan kemudahan bagi milenial untuk memiliki hunian.

Sales Officer Non-Subsidizied Mortgage & Personal Lending Division (NSPD) PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) Diky Irawan menuturkan, pihaknya merancang program khusus bagi milenial.

Pihaknya meluncurkan program Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang ditujukan khusus bagi kalangan dengan usia antara 21-35 tahun.

Adapun fitur dan komposisi yang ditawarkan disesuaikan dengan kondisi milenial.

"Lewat KPR Gaess for milenial kami hadirkan kemudahan. Uang muka yang kami tawarkan mulai dari 1 persen dengan suku bunga hanya 5,7 persen," ucap Diky.

Baca juga: Sisi Gelap Desain Kantor Modern yang Dianggap Ramah Milenial

Program lain yang ditawarkan adalah KPR Zero. Dicky menuturkan, debitur bisa mendapatkan cuti membayar utang pokok hingga dua tahun. 

Bank pelat merah tersebut meawarkan kemudahan pengajuan Kredit Pemilikan Rumah melalui website dan aplikasi pada smartphone.

"Milenial yang dicari mudah dan murah. Euforianya perkembangan teknologi. Kami coba dekatkan dengan pengajuan KPR," kata Dicky.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com