JAKARTA, KOMPAS.com - Peneliti Senior Keuangan perusahaan start-up MoneyHub Selandia Baru Christopher Walsh terkejut dengan temuannya atas penataan desain ruang di kantor modern WeWork di London, Inggris, musim panas lalu.
Ia menemukan desain penataan meja atau hot-desk yang biasa digunakan di ruang kerja modern, berbeda dengan penataan meja kerja di kantor kontemporer.
Hot-desk merupakan ruang kerja di kantor modern yang dipilih sesuai dengan keinginan Anda. Cukup pilih tempat duduk terbuka di area ruang kerja di gedung Anda bekerja yang lebih fleksibel.
Sistem penataan meja seperti hot-desk biasanya terhubung dengan bar yang memilki penataan lampu gantung besar.
Dalam kantor berdesain modern seperti WeWork, Anda juga lebih leluasa untuk membawa serta anak bekerja dan membiarkannya bermain video game duduk di samping Anda.
Menurut Walsh, desain kantor modern yang ia temukan memberikan efek kekacauan pada keramaian yang ada. Hal ini membuat pekerja terpecah konsentrasi.
Namun, Walsh tak menampik bahwa peningkatan pesat beberapa kantor yang ingin didesain modern sedemikian rupa juga diikuti oleh penurunan yang drastis.
Hal tersebut disebabkan karena beberapa kantor justru membatalkan rencananya untuk mendesain kantor terlihat modern dan memilih desain kantor kontemporer yang dinilai lebih baik.
Desain kantor kontemporer memungkinkan para pekerja mendapatkan pembagian meja yang sesuai maupun kepadatan pekerja lebih tinggi sehingga memungkinkan adanya interaksi antar sesama pekerja.
Baca juga: Desain Kantor Ini Memungkinkan Semua Gerakan Karyawannya Terlihat
Di sisi lain, Walsh menemukan bahwa beberapa kantor justru mengurangi ruang untuk pekerja dan membagi meja sesuai dengan pekerjaan masing-masing.
Hal tersebut dilakukan beberapa perusahaan untuk meningkatkan efisiensi biaya dan memberikan kesempatan pekerja lebih kreatif.
Namun di beberapa kasus, tren tersebut justru memberikan hasil berlawanan yang diinginkan perusahaan.
Sebuah studi dari Harvard Business School tahun 2018 lalu meneliti dua perusahaan berbeda antara sebelum dan sesudah kantor mereka didesain ulang dengan menghilangkan komponen gedung seperti dinding, pintu, dan batas spasial lainnya.
Hasilnya, studi tersebut menemukan, para pekerja bereaksi dengan mengabaikan satu sama lain. Interaksi tatap muka menurun hingga 70 persen karena didukung oleh komunikasi digital.
"Daripada mendorong interaksi tatap muka antar pekerja, arsitektur tampaknya memicu respons manusia yang alami secara sosial untuk menarik diri dari kantor dan berinteraksi sebagai gantinya mengirimkan pekerjaan melalui email dan pesan instan," terang para peneliti.
Penelitian terpisah tahun lalu menemukan bahwa kantor terbuka dengan meja bersama antar sesama pekerja dianggap lebih baik dibanding pekerja yang hanya mengirim pesan instan atau lainnya yang menurunkan interaksi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.