JAKARTA, KOMPAS.com - Kawasan Berbasis Transit atau Transit Oriented Development ( TOD) akan dikembangkan PT MRT Jakarta sebagai upaya mendukung Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam melakukan peremajaan perkotaan (urban regeneration).
Selain itu, pengembangan TOD ini juga memiliki potensi besar untuk dimonetisasi secara komersial, sehingga dapat membantu PT MRT Jakarta meningkatkan target pendapatan dalam beberapa tahun ke depan.
Ada lima TOD yang akan dikembangkan di Koridor Lebak Bulus-Bunderan HI, yakni TOD Dukuh Atas dengan tema kolaborasi gerak, TOD Istora Senayan sebagai beranda Pelita Indonesia, dan TOD Blok M ASEAN yang merupakan kota taman.
Kemudian TOD Fatmawati sebagai sub-pusat selatan Kota Jakarta yang dinamis dan progresif, serta TOD Lebak Bulus dengan tema gerbang selatan Jakarta.
Baca juga: MRT Jakarta Menuju World Class Operator
Penentuan tema ini, menurut Direktur Keuangan dan Manajemen Korporasi PT MRT Jakarta Tuhiyat, berdasarkan pada highest and best use dari peruntukkan lahan di masing-masing kawasan.
"TOD pertama yang segera dibangun adalah Dukuh Atas di Jakarta Pusat," kata Tuhiyat saat MRT Jakarta Fellowship Program 2019, di Jakarta, Selasa (19/11/2019).
Selanjutnya, optimasi lahan untuk fungsi hunian dan transit, area tepian air sebagai ruang publik, interkoneksi transit, area transisi menuju Kawasan Cagar Budaya (KCB) Menteng, dan penyediaan ruang terbuka hijau kolektif.
"Dengan pembatasan ruang gerak kendaraan bermotor, kami harapkan dapat mendorong pertumbuhan jalur pejalan kaki dan jalur sepeda, serta penyediaan ruang terbuka hijau untuk meningkatkan perbaikan kualitas lingkungan,' papar Tuhiyat.
Baca juga: Menakar Potensi Komersial dan Kualitas Hidup di TOD MRT Jakarta
Untuk mendukung transformasi kawasan Dukuh Atas, akan dilakukan alih fungsi terowongan Jalan Kendal sebagai area pedestrian, penyediaan laybay TransJakarta dan angkutan daring, Pop up retail & entertainment bekerja sama dengan UMKM.
Kemudian biutifikasi berupa pelapisan warna (cat), pelapisan alumunium composite panel (ACP), penataan penerangan, mural dengan melibatkan seniman lokal, #RuangBacaJakarta, dan microlibrary Dukuh Atas berbasis digital.
"Semua orang bisa datang dan menikmati kawasan dengan penataan berkualitas tinggi di pusat Jakarta ini. TOD Dukuh Atas ibarat melting point warga dari berbagai wilayah," imbuh Tuhiyat.
Tentu, dengan transformasi yang dirancang sedemikian rupa membutuhkan anggaran besar. Tuhiyat menghitung, dana yang dibutuhkan untuk membangun TOD Dukuh Atas senilai Rp 24 trilliun.
Besar memang. Namun, Managing Partner of Strategic Advisory Coldwell Banker Tommy H Bastami menilai TOD MRT Jakarta, terlebih Dukuh Atas di pusat ibu kota yang harga lahannya sudah sangat mahal, akan menjadi magnet baru dengan competitive advantage (keuntungan kompetitif) tinggi.